Thailand Luncurkan Program Kontrasepsi Gajah Liar, Kendalikan Populasi dan Kurangi Risiko Bagi Masyarakat

JATIMTIMES - Dalam upaya mengatasi konflik manusia-gajah yang meningkat, Thailand melalui Departemen Taman Nasional, Satwa Liar, dan Konservasi Tanaman mengumumkan rencana program kontrasepsi untuk gajah liar, pada Senin (30/12). Program ini dilatarbelakangi oleh populasi gajah liar yang saat ini mencapai 4.000 ekor dan diperkirakan akan meningkat hingga 6.000 ekor dalam empat tahun mendatang, sementara kawasan hutan yang tersedia tidak memadai menurut Kementerian Lingkungan Hidup. 

 Program tersebut akan menggunakan vaksin ‘SpayVac’, sebuah imunokontrasepsi jangka panjang yang telah terbukti efektif di Afrika dengan durasi kerja hingga tujuh tahun per dosis tanpa efek samping pada gajah betina. Menteri Chalermchai Sri-on menyatakan inisiatif ini bertujuan untuk melindungi masyarakat dari kehilangan nyawa dan harta benda, sekaligus menjaga keselamatan gajah yang keluar dari kawasan hutan.

Baca Juga : Pemerintah Wajibkan Asuransi Kendaraan pada 2025, Ini Ketentuannya

 Program kontrasepsi gajah ini dilatarbelakangi oleh konflik manusia-gajah yang telah berlangsung lebih dari tiga dekade di 42 provinsi Thailand. Data menunjukkan bahwa sejak 2012, gajah liar telah menyebabkan 240 kematian dan 208 cedera pada manusia, serta kerusakan signifikan pada tanaman dan properti. 

 “Jika masalah ini tidak segera diatasi, jumlah korban jiwa bisa meningkat hingga 100 korban per tahun di masa depan,” kata Atthapol Charoenchansa, kepala Otoritas Taman Nasional, Margasatwa, dan Konservasi Tumbuhan, dilansir dari NTV.

 Menanggapi situasi ini, pemerintah membentuk ‘Komite Konservasi dan Pengelolaan Gajah Liar’ pada 2022 yang dipimpin langsung oleh Perdana Menteri untuk mengkoordinasikan penanganan konflik secara terpadu. 

 Melansir Pattaya Mail, komite menyetujui kerangka kerja enam poin untuk mengatasi masalah ini secara sistematis dan holistik:

1. Pengelolaan hutan lindung sebagai habitat gajah.

2. Pembangunan penghalang untuk mencegah gajah meninggalkan hutan.

3. Pengerahan tim pemantauan dan jaringan masyarakat untuk memandu gajah kembali ke habitatnya.

4. Bantuan bagi mereka yang terkena dampak aktivitas gajah liar.

5. Pengembangan habitat berkelanjutan untuk gajah.

6. Pengendalian populasi melalui vaksin kontrasepsi.

 Vaksin SpayVac® telah diuji coba pada tujuh gajah betina pada April 2024 bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Chiang Mai, tanpa menunjukkan efek samping atau perubahan perilaku. 

 Program percontohan akan dimulai di wilayah timur Thailand yang mencakup lima provinsi, dimana terjadi pertumbuhan populasi gajah tertinggi dan konflik terparah, sebelum diperluas ke wilayah lain. Meskipun konflik ini serius, gajah tetap menjadi hewan yang sangat dihormati di Thailand sebagai hewan nasional dan simbol keberuntungan, yang keberadaannya dapat ditemukan dalam bentuk patung di kuil-kuil dan altar rumah tangga.

Baca Juga : Selidiki Peristiwa Vila Roboh di Kota Batu, Polisi Panggil Pengembang

Departemen menggarisbawahi bahwa program kontrasepsi gajah ini didasari oleh riset ilmiah dan protokol veteriner yang komprehensif, mencakup berbagai aspek seperti studi populasi, identifikasi individu gajah, sistem pemantauan dengan teknologi pelacakan, serta evaluasi program. 

 Inisiatif ini tidak hanya bertujuan menyeimbangkan jumlah gajah dengan ketersediaan habitat, tetapi juga melibatkan masyarakat dan pemangku kepentingan dalam upaya konservasi dan pengelolaan berkelanjutan untuk mengurangi konflik manusia-gajah di Thailand.