Presiden Palestina Mahmoud Abbas Kunjungi Paus Fransiskus di Vatikan
Reporter
Zhilulla Dzaikra
Editor
Dede Nana
14 - Dec - 2024, 08:49
JATIMTIMES – Presiden Palestina Mahmoud Abbas bertemu dengan Paus Fransiskus di Vatikan pada Kamis (12/12). Dalam kunjungannya, ia membahas pentingnya gencatan senjata di Gaza. Abbas juga menyampaikan harapannya agar Paus tetap mendukung upaya pengakuan Palestina sebagai negara berdaulat di tingkat internasional.
Presiden Mahmoud Abbas, dalam wawancara dengan Roberto Cetera dari Media Vatikan usai pertemuannya, menyebut pertemuan tersebut sebagai "sangat bermanfaat." Ia juga menambahkan, "Setiap kali saya bertemu dengan Paus, rasanya seperti bertemu dengan seorang sahabat lama." Pertemuan ini menjadi momen tatap muka pertama antara kedua pemimpin dalam tiga tahun terakhir.
Baca Juga : Kucing Prabowo, Bobby Kertanegara Raih Penghargaan Top Trending Searches dari Google Indonesia
Presiden Mahmoud Abbas mengungkapkan apresiasinya kepada Paus atas dukungannya yang konsisten terhadap perdamaian di Timur Tengah. Ia juga berterima kasih atas solidaritas yang terus diberikan kepada warga sipil Palestina yang terdampak konflik di Gaza.
"Saya memintanya untuk terus mendukung pengakuan Negara Palestina di dunia internasional,” tambah Abbas. Ia menegaskan, “Jika perdamaian ingin dicapai, tidak ada alternatif lain selain solusi dua negara.”
Menurut pernyataan dari Kantor Pers Takhta Suci, setelah pertemuan dengan Paus, Presiden Abbas melanjutkan dengan bertemu Sekretaris Negara Takhta Suci, Kardinal Pietro Parolin, serta Sekretaris Takhta Suci untuk Hubungan dengan Negara, Uskup Agung Paul Gallagher.
Pernyataan tersebut menyebutkan bahwa dalam pertemuan itu dibahas mengenai “situasi kemanusiaan yang sangat serius di Gaza,” serta harapan untuk “gencatan senjata dan pembebasan segera semua sandera.” Selain itu, dibicarakan pula tentang “kontribusi penting Gereja Katolik bagi masyarakat Palestina,” termasuk upaya kemanusiaan yang tengah dilakukan di Gaza.
Pernyataan dari Kantor Pers Takhta Suci juga mencatat bahwa dalam diskusi tersebut dibahas pentingnya penerapan solusi dua negara, yang harus dicapai bukan melalui kekerasan, melainkan melalui “diplomasi dan dialog.” Selain itu, dibicarakan juga mengenai pentingnya memberikan status khusus kepada Yerusalem, agar kota tersebut dapat menjadi “tempat persahabatan bagi tiga agama monoteistik besar...