Mistik, Politik, dan Dilema Syekh Siti Jenar: Wali atau Pemberontak?
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Nurlayla Ratri
05 - Dec - 2024, 02:54
JATIMTIMES- Syekh Siti Jenar merupakan salah satu ulama paling kontroversial dalam sejarah Islam Nusantara abad ke-15 dan ke-16. Namanya melekat dengan kisah pembangkangan, ajaran mistik, dan tragedi yang berujung pada hukuman mati oleh Dewan Walisongo atas perintah Kesultanan Demak. Meski demikian, warisan pemikiran dan ajaran Syekh Siti Jenar telah menginspirasi banyak orang, baik sebagai legenda maupun wacana keagamaan.
Artikel ini menyelami perjalanan hidupnya yang penuh warna, dari asal-usul yang diperdebatkan hingga kontribusinya dalam penyebaran Islam di Jawa dan sekitarnya.
Kelahiran dan Asal-Usul yang Didebatkan
Baca Juga : Parlemen Prancis Tumbangkan Pemerintahan dalam Mosi Tak Percaya, Krisis Politik Terus Berlanjut
Babad Tanah Jawi dan Babad Demak, dua naskah klasik yang menjadi rujukan utama kisah Syekh Siti Jenar, memuat cerita fantastis tentang kelahirannya. Ia disebut lahir dari seekor cacing yang secara ajaib berubah menjadi manusia setelah mendengar wejangan Sunan Bonang kepada Sunan Kalijaga. Narasi ini memuat tendensi negatif, mencitrakan Syekh Siti Jenar sebagai makhluk hina sejak lahir hingga kematiannya yang digambarkan berubah menjadi anjing kurap.
Namun, penelitian sejarah kontemporer seperti yang dilakukan oleh Mulkhan dan Sholikhin memberikan gambaran lebih rasional. Berdasarkan naskah Keraton Cirebon, Syekh Siti Jenar, yang bernama asli Abdul Jalil, adalah sepupu Syekh Nurjati, pelopor Islam di Cirebon. Ia lahir pada tahun 1425 dari pasangan Datuk Shaleh, seorang ulama Malaka, dan istrinya yang menetap di Cirebon untuk berdakwah. Setelah ayahnya wafat pada 1426, Abdul Jalil diasuh oleh Syekh Nurjati, Ki Gedang Alang-Alang, dan Pangeran Cakrabuana, tiga tokoh penting yang membentuk karakter intelektualnya.
Perjalanan Intelektual ke Timur Tengah
Pada masa mudanya, Abdul Jalil dikenal haus ilmu. Setelah menimba ilmu di Pesantren Giri Amparan Jati, ia dikirim ke Timur Tengah atas inisiatif Pangeran Cakrabuana. Dalam perjalanan ini, ia mengunjungi Persia, Bagdad, Mekkah, dan Madinah. Selama 17 tahun di sana, ia mempelajari berbagai mazhab Islam, termasuk ajaran tasawuf dari Al-Hallaj, seorang sufi kontroversial yang dihukum mati karena keyakinannya.
Di Persia dan Bagdad, Syekh Siti Jenar menyerap konsep-konsep spiritual yang mendalam, seperti wahdatul wujud (kesatuan wujud), yang menjadi inti ajarannya kelak...