AS Desak Ukraina Perluas Basis Rekrutmen Militer untuk Hadapi Krisis Pasukan di Tengah Invasi Rusia
Reporter
Anisa Tri Saraswati
Editor
Nurlayla Ratri
28 - Nov - 2024, 01:31
JATIMTIMES - Pemerintah AS di bawah Presiden Joe Biden mendorong Ukraina untuk menurunkan usia minimum wajib militer dari 25 menjadi 18 tahun. Seorang pejabat senior pemerintah AS pada Rabu (27/11) menyatakan bahwa Ukraina menghadapi masalah perekrutan yang ‘eksistensial’ karena tidak cukup memobilisasi atau melatih tentara baru untuk menggantikan kekalahan mereka di medan perang dan menghadapi pertumbuhan militer Rusia.
Pejabat tersebut menambahkan bahwa Rusia kini membuat kemajuan stabil di wilayah timur dan mulai mendorong mundur garis pertahanan Ukraina, dilansir dari Reuters.
Baca Juga : Hasil Penghitungan Suara 2 Lembaga Survei 100 Persen: Paslon Nurochman-Heli Menang Telak
“Yang dibutuhkan saat ini adalah tenaga manusia,” ujarnya. Dia menekankan bahwa mobilisasi tambahan dapat membawa perubahan signifikan di medan perang.
Mengenai batas usia minimal untuk mobilisasi di Washington, pejabat itu menyatakan bahwa menurunkan usia wajib militer menjadi 18 tahun merupakan pertimbangan yang masuk akal dan sejalan dengan standar usia yang berlaku di Amerika.
Rusia memulai invasinya ke Ukraina pada Februari 2022 dan baru-baru ini mencapai kemajuan tercepat sejak awal perang, menguasai wilayah seluas setengah dari London dalam sebulan terakhir, menurut analis dan blogger perang.
Untuk menghadapi situasi tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy pada April 2022 menandatangani undang-undang untuk menurunkan usia minimum mobilisasi dari 27 menjadi 25 tahun, memperluas jumlah warga sipil yang dapat dimobilisasi di bawah darurat militer.
Gedung Putih menegaskan bahwa bantuan militer AS tidak bergantung pada perubahan usia minimum. "Kami pasti akan terus mengirimkan senjata dan peralatan ke Ukraina. Kami tahu ini penting," kata John Kirby, juru bicara Dewan Keamanan Nasional di Washington.
Pejabat senior AS menambahkan bahwa selama Presiden Joe Biden menjabat, Amerika Serikat akan terus menyediakan ratusan ribu peluru artileri, ribuan roket, kendaraan, sistem persenjataan, serta pencegat pertahanan udara untuk mendukung operasi Ukraina.
Baca Juga : Baca Selengkapnya