Mengenal Polahi, Suku Primitif di Gorontalo dengan Tradisi Kawin Sedarah
Reporter
Binti Nikmatur
Editor
A Yahya
26 - Nov - 2024, 07:46
JATIMTIMES - Di hutan pegunungan Boliyohuto, Gorontalo, hidup sebuah komunitas tradisional yang dikenal sebagai Suku Polahi. Mereka merupakan kelompok masyarakat yang hingga kini menjalani kehidupan serba sederhana dan jauh dari peradaban modern.
Karena memilih hidup terisolasi, Suku Polahi masih mempraktikkan tradisi unik dan kontroversial, salah satunya adalah perkawinan sedarah atau incest.
Baca Juga : Wisata Gunung Bromo Ditutup Sementara Jelang Tahun Baru, Berikut Jadwalnya!
Perkawinan sedarah di Suku Polahi melibatkan hubungan antara anggota keluarga dekat, seperti ibu dan anak laki-laki, ayah dan anak perempuan, atau saudara kandung. Tradisi ini berakar pada isolasi sosial yang membuat mereka sulit berhubungan dengan masyarakat luar.
Menurut Yowan Tamu, seorang antropolog dari Universitas Negeri Gorontalo (UNG), praktik tersebut terjadi karena masyarakat Polahi hidup dalam lingkungan yang sangat tertutup dan tidak pernah mendapatkan edukasi, baik pendidikan formal maupun agama.
"Mereka adalah kelompok yang sangat tertutup dan tidak mendapatkan pendidikan apapun," jelas Yowan, dikutip Detikcom, Selasa (26/11/2024).
Sejak abad ke-17, Suku Polahi memutuskan mengasingkan diri ke dalam hutan sebagai bentuk pelarian dari penjajahan Belanda. Mereka memilih menjalani kehidupan nomaden daripada harus tunduk kepada penjajah.
Nama Polahi sendiri berasal dari bahasa Gorontalo, yaitu lahi-lahi, yang berarti "melarikan diri." Hingga saat ini, kehidupan mereka yang terisolasi membuat penelitian terhadap kelompok ini menjadi sangat sulit. "Akses menuju mereka sangat sulit, dan penelitian biasanya hanya dilakukan di bagian luar komunitas mereka, bukan di inti kelompok yang lebih tertutup," ungkap Yowan.
Meskipun ada laporan tentang praktik perkawinan sedarah, detailnya belum terungkap secara mendalam. Jurnal Universitas Sam Ratulangi menyebutkan bahwa tradisi ini dianggap sebagai cara mereka untuk mempertahankan keberlangsungan generasi di tengah isolasi.
"Pola hidup berpindah di hutan menyebabkan minimnya interaksi dengan kelompok lain, sehingga perkawinan sedarah menjadi upaya mempertahankan generasi," demikian isi jurnal tersebut...