Nelayan Situbondo Alami Paceklik, Ini Penyebabnya

JATIMTIMES - Nelayan di sepanjang pesisir Kabupaten Situbondo harus mengelus dada. Pasalnya hasil tangkapan ikannya menurun drastis atau sering disebut musim paceklik yang biasa terjadi antara Juni hingga November.

Salah seorang nelayan di pesisir Panarukan, Situbondo, Arditoyo mengaku, musim paceklik terjadi sejak Juni 2024. Di musim ini hasil tangkapan ikan nelayan menurun drastis yang berdampak terhadap penghasilannya.

Baca Juga : Jukung dan Drone Dikerahkan Tim SAR, Pencarian Korban Terseret Ombak hingga ke Pacar

"Musim paceklik ini perahu selerek hasil tangkapannya paling banyak 3 kuintal ikan, sedikit sekali. Per kilogramnya kalau ikan layang laku Rp11.000," ujar Yoyok, sapaan akrab Arditoyo, Jumat (18/10/2024).

Jika ditotal, tangkapan ikan layang 3 kuintal dengan harga Rp11.000 per kilogram, akan menghasilkan uang Rp 3,3 juta. Dari jumlah itu dikurangi Rp 1,3 juta untuk pemilik perahu, dan sisanya dibagikan kepada 60 nelayan.

"Kalau Rp2 juta dibagi kepada 60 nelayan yang ikut melaut, setiap nelayan hanya mendapatkan sekitar Rp30 ribu," terangnya. 

Selain musim paceklik. Saat ini juga sedang memasuki bulan purnama yang biasa terjadi di pertengahan bulan antara tanggal 14-19. Nelayan pesisir Situbondo menyebutnya dengan "tera'an".

Salah satu nelayan di Pelabuhan Kalbut Kabupaten Situbondo, Solihin menjelaskan jika mendekati bulan purnama, angin memang bertiup sangat kencang selain itu juga hasil tangkapan dapat dipastikan sangat minim, oleh karena itu sejumlah nelayan pasti menyandarkan perahunya menunggu bulan purnama selesai.

"Sejak lima hari terakhir tidak ada nelayan yang melaut karena bulan purnama yang hadir di pertengahan bulan. Karena dipastikan, ikan akan menjauh dari jala nelayan," ucapnya.

Baca Juga : Ini Dampak Memaksa Anak Kidal Menggunakan Tangan Kanan Menurut Medis

Saat bulan purnama terjadi, sumber cahaya dari pantulan cahaya bulan lebih terang dari cahaya lampu nelayan sehingga ikan menjauh dari area tangkapan...

Baca Selengkapnya