Air di Tempat Catering Penyebab Keracunan Massal di Blitar Terbukti Mengandung Salmonella
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
A Yahya
08 - Oct - 2024, 10:38
JATIMTIMES – Hasil uji laboratorium dari tempat catering yang diduga menjadi penyebab keracunan massal di Desa Ampelgading, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, telah keluar. Berdasarkan hasil tersebut, air yang digunakan di tempat catering tersebut positif mengandung bakteri Salmonella, yang diduga menjadi penyebab puluhan warga mengalami gejala keracunan setelah mengonsumsi olahan ikan gurami.
Koordinator Surveilans dan Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Blitar, Endro Pramono, mengonfirmasi temuan ini. “Hasil uji laboratorium dari sampel air di tempat catering penjual olahan gurami yang diduga menyebabkan keracunan massal di Selorejo sudah keluar, dan hasilnya positif mengandung bakteri Salmonella,” ujar Endro, Selasa (8/10/2024).
Baca Juga : 5 Tanda Tubuh Mengalami Kelebihan Kortisol, Waspada Kena Jantung hingga Diabetes!
Salmonella, lanjut Endro, adalah salah satu bakteri yang sering menjadi penyebab penyakit akibat konsumsi makanan yang terkontaminasi. Bakteri ini dapat menimbulkan gejala seperti sakit perut, diare, mual, dan muntah pada penderitanya. Endro menjelaskan bahwa air yang terkontaminasi bakteri tersebut kemungkinan besar digunakan untuk mencuci ikan atau bahan lainnya sehingga menyebabkan kontaminasi pada makanan yang diolah.
Endro memastikan bahwa pihak Dinkes Kabupaten Blitar telah mengambil langkah-langkah untuk menindaklanjuti hasil ini. Pengusaha catering yang bersangkutan sudah diberi tahu tentang temuan tersebut dan diberikan pembinaan terkait penanganan air yang tercemar. "Kami sudah menyampaikan hasil ini kepada pengusaha catering dan memberikan pembinaan terkait pentingnya penanganan air yang aman agar kejadian serupa tidak terulang," jelasnya.
Selain melakukan pengujian pada sampel air, Dinas Kesehatan juga telah mengambil sampel sisa makanan dan feses dari beberapa korban untuk dianalisis lebih lanjut. Sampel-sampel tersebut telah dikirim ke laboratorium di Surabaya, dan hasilnya masih ditunggu. "Kami juga mengirimkan sampel sisa makanan dan feses untuk pengujian lebih lanjut di laboratorium Surabaya, namun hasilnya masih belum keluar," tambah Endro...