Jamasan Wayang Kiai Bonto, Tradisi Bersejarah Penuh Makna di Blitar
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
A Yahya
17 - Sep - 2024, 08:39
JATIMTIMES - Suasana Dusun Pakel, Desa Kebonsari, Kecamatan Kademangan, Kabupaten Blitar terasa begitu sakral pada Selasa, 17 September 2024. Ratusan warga tumpah ruah menyaksikan prosesi Siraman Wayang Kiai Bonto, salah satu ritual budaya yang penuh makna di Kabupaten Blitar.
Aroma kembang dan gema doa mengiringi upacara tersebut, memberikan kesan khusyuk dan magis. Warga dari berbagai penjuru berdatangan, membawa harapan untuk ngalap berkah dari air bekas siraman wayang keramat itu.
Baca Juga : Tahun Ini Dishub Kota Blitar Tambah 6 Titik Lampu Penerangan Jalan Umum
Acara Siraman Wayang Kiai Bonto ini dilaksanakan bersamaan dengan prosesi Siraman Gong Kiai Pradah yang digelar di Alun-Alun Lodoyo. Tradisi ini menjadi bagian dari peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW yang dirayakan dengan penuh suka cita oleh masyarakat Kabupaten Blitar. Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Blitar, Suhendro Winarso, menjelaskan bahwa ritual Siraman Kiai Bonto ini diselenggarakan dua kali dalam setahun, yakni setiap 1 Syawal dan Rabiul Awal, bertepatan dengan Maulid Nabi Muhammad SAW.
"Masyarakat menyambut baik tradisi ini sebagai bagian dari kearifan lokal yang diwariskan oleh leluhur. Ritual ini tidak hanya memiliki makna spiritual, tetapi juga menambah daya tarik wisata budaya di Blitar," ujar Suhendro Winarso.
Meski Siraman Gong Kiai Pradah lebih populer, ritual Siraman Wayang Kiai Bonto tetap memiliki tempat istimewa di hati masyarakat. Acara ini selalu dipadati oleh ratusan warga yang percaya bahwa air bekas siraman wayang tersebut membawa berkah. Air tersebut dipercaya dapat menyembuhkan penyakit, mendatangkan rezeki, menjaga awet muda, serta membantu para bujangan menemukan jodohnya. Selain itu, ada juga keyakinan bahwa air bekas siraman tersebut dapat menyuburkan tanaman dan mencegahnya dari serangan hama.
Prosesi Siraman yang Penuh Makna
Tradisi Siraman Wayang Kiai Bonto ini tergolong unik karena yang disiram bukanlah pusaka seperti keris atau tombak, melainkan wayang krucil. Ada tiga buah wayang krucil, dan salah satu di antaranya diberi nama Mbah Bonto. Menurut cerita lisan yang berkembang, dua wayang lainnya hanyalah sebagai pendamping Mbah Bonto di alam gaib...