Kirab Kebo Bule di Keraton Surakarta: Warisan Budaya yang Menyatukan Sejarah dan Spiritualitas Jawa pada Malam Satu Suro
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Nurlayla Ratri
07 - Jul - 2024, 03:25
JATIMTIMES- Malam Satu Suro yang menandai Tahun Baru Hijriyah, merupakan momen yang sangat dinanti oleh umat Muslim, khususnya masyarakat Jawa. Tradisi ini penuh dengan perayaan dan ritual yang menekankan warisan budaya yang kaya dan spiritualitas yang mendalam.
Di antara berbagai tradisi yang dilaksanakan di Jawa untuk menyambut Tahun Baru Islam, Kirab Pusaka di Keraton Kasunanan Surakarta menjadi salah satu yang paling istimewa. Tradisi ini bukan hanya menarik perhatian warga lokal, tetapi juga para wisatawan mancanegara.
Baca Juga : Takir Plonthang, Selamatan Suroan di Jalanan Desa Bendilwungu
Kirab Pusaka di Keraton Surakarta selalu berlangsung dengan kemegahan dan keunikan tersendiri. Selain menampilkan pusaka-pusaka keraton yang dihormati, tradisi ini juga menampilkan iring-iringan kerbau bule yang dikenal sebagai Kebo Bule. Kerbau bule, terutama keturunan Kyai Slamet, adalah simbol kebesaran dan spiritualitas yang diyakini membawa berkah bagi masyarakat yang menyaksikannya.
Menurut KGPH Puger, seorang budayawan di Keraton Kasunanan Surakarta, sejarah kerbau bule memiliki akar yang dalam pada masa Kerajaan Demak.
"Pada masa itu, Jawa dilanda wabah penyakit yang parah. Para pemimpin kerajaan bersama para wali mencari cara untuk menanggulanginya. Akhirnya, diputuskan untuk mengorbankan kerbau," ujar Gusti Puger saat dihubungi.
Gusti Puger menjelaskan lebih lanjut bahwa tradisi ini mengingatkan pada kisah perang Baratayudha, di mana Yudhistira diperintahkan oleh Bathara Guru untuk mengorbankan kuda sebagai upaya pembersihan.
Di Jawa, kerbau yang dikorbankan untuk membersihkan dari wabah itu disebut sebagai tradisi mahesa lawung. Tradisi ini berlanjut dari era Kerajaan Demak hingga Keraton Surakarta saat ini.
"Sejak Demak sampai Surakarta, tradisi ini diwariskan. Kerbau ini juga merupakan hadiah dari Bupati Ponorogo saat berdirinya Surakarta dan terus dipelihara hingga sekarang," imbuhnya.
Setiap malam Satu Suro, kirab pusaka dimulai dari halaman Keraton Surakarta. Kerbau bule, yang selalu menjadi pusat perhatian, akan memakan sesaji yang disediakan oleh para abdi dalem.
Sesaji ini terdiri dari berbagai macam makanan tradisional seperti ubi-ubian, kopi, buah-buahan, nasi, air kembang, dan ayam. Prosesi ini juga melibatkan pembakaran kemenyan dan dupa, menambah nuansa sakral dari perayaan tersebut...