Pembelajaran Transdisipliner Berjiwa Pancasila: Menyemai Karakter dan Inovasi
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
01 - Jun - 2024, 07:22
JATIMTIMES - Dalam perjalanan sejarah pendidikan di Indonesia, Pancasila selalu menjadi landasan utama yang menuntun generasi bangsa. Mulai dari jenjang sekolah dasar hingga pendidikan tinggi, para siswa diharuskan menghafal tidak hanya lima sila Pancasila, melainkan juga 36 butir-butir Pancasila.
Butir-butir ini kerap muncul dalam ujian Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan bahkan diuji secara lisan oleh guru. Aktivitas ini membawa siswa ke Penataran Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila (P4), yang menekankan pada pemahaman nilai-nilai luhur yang telah ditetapkan dalam Ketetapan MPR No. II/MPR/1978 tentang perwujudan Ekaprasetia Pancakarsa.
Baca Juga : Djarot Saiful Hidayat Kenang Sejarah: Hari Lahir Pancasila Dimulai dari Kota Blitar
Whedy Prasetyo, seorang tenaga pendidik di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Jember, mengingat kembali masa-masa tersebut sebagai dasar pembentukan moral dan kebajikan. "P4 memberikan landasan moral yang kuat bagi kami, mendorong untuk memiliki sikap rendah hati, terbuka, kritis, dan toleran dalam proses pembelajaran," ungkap Whedy pada Sabtu (1/6/2024).
Nilai-nilai ini, menurutnya, sangat berpengaruh dalam keberhasilan proses pembelajaran, yang memerlukan jiwa pelaku pembelajar yang kuat.
Proses pembelajaran transdisipliner yang berjiwa Pancasila tidak hanya memfokuskan pada pengetahuan akademis semata, tetapi juga pada pembentukan karakter dan perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai Pancasila. Whedy menekankan bahwa budaya merupakan faktor utama yang mendukung tradisi pembelajaran yang berbasis pada keyakinan dan pembuktian ilmiah. "Budaya adalah status ego yang dipilih dan mempengaruhi tindakan komunikasi pembelajaran untuk menghasilkan pengembangan ilmiah," tambahnya.
Nilai-nilai luhur Pancasila memberikan keyakinan tinggi terhadap perilaku komunikasi. Teori pengakuan terkait teori transaksi menunjukkan bahwa setiap tindakan komunikasi adalah sebuah transaksi yang melibatkan status ego dan pengalaman masa kecil. "Setiap tindakan komunikasi adalah sebuah transaksi yang melibatkan status ego dan kumpulan pengalaman masa kecil," jelas Whedy, mengutip teori Eric Berne tentang analisis transaksional.
Menurut dia, proses pertukaran pesan, baik verbal maupun nonverbal, termasuk budaya, memainkan peran penting dalam pembelajaran.
Budaya luhur Pancasila juga memberikan dasar yang kokoh bagi komunikasi subjektif dalam berinteraksi sehari-hari...