Filosofi Menarik Lemper, Makanan Tradisional yang Menjadi Simbol Persaudaraan Orang Jawa
Reporter
Mutmainah J
Editor
Yunan Helmy
11 - Sep - 2023, 01:44
JATIMTIMES - Siapa pun, mungkin, pernah makan lemper. Kue itu adalah panganan tradisional populer yang terbuat dari beras ketan.
Lemper adalah panganan tradisional yang berbentuk seukuran genggaman tangan dan dibungkus dengan daun pisang sehingga aromanya khas.
Baca Juga : Semakin Mantap Songsong WCU, FITK Launching International Language Area
Bahan utama untuk membuat lemper adalah beras ketan yang dimasak dengan santan kelapa.
Namun, lemper bukan hanya makanan untuk pengganjal perut. Makanan tradisional ini juga memiliki filosofi yang kental.
Dilansir dari akun Tiktok @goodnewsfromindonesia, belum diketahui secara pasti siapa serta darimana asal mula makanan ini. Tetapi, kue ini sangat kental dengan masyarakat Jawa, terutama Yogyakarta, Jawa Tengah, dan Jawa Timur.
Mulanya, makanan ini terbuat dengan isian parutan kelapa muda yang sudah mereka bumbui. Namun, seiring berjalannya waktu, isian lemper berubah menjadi cincangan daging seperti ayam, sapi, atau ikan.
Bagi orang Jawa, lemper ternyata tak hanya sekadar makanan, tetapi mempunyai nasihat yang mendalam. Di lemper terdapat sebuah falsafah yakni yen dilem atimu ojo memper yang artinya jika disanjung, jangan tinggi hati atau sombong.
Lemper yang mempunyai tekstur lengket juga melambangkan persaudaraan erat. Lemper yang dihidangkan krpada sanak saudara atau tamu yang hadir juga dimaksudkan agar tali persaudaraan semakin erat.
Kehadiran dua tusuk bambu sebagai simbol Rukun Islam dan Rukun Iman. Penggunaan daun pisang sebagai pembungkus yang melambangkan hal yang tidak baik atau sifat buruk, semakin menambah makna mendalam dari acara tersebut.
Saat seseorang akan menikmati lemper, membukanya terlebih dahulu menjadi sebuah simbol untuk membersihkan diri dan membuang hal yang tidak baik, mengajarkan tentang pentingnya membersihkan hati dan pikiran agar mencapai kemuliaan dalam hidup.
Baca Juga : Baca Selengkapnya