Makna Setan Dibelenggu Saat Ramadhan, Begini Penjelasannya
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Nurlayla Ratri
23 - Mar - 2023, 06:08
JATIMTIMES- Saat bulan Ramadhan, kerap disebut oleh umat muslim bahwa setan akan dibelenggu oleh Allah SWT. Jika begitu, lantas mengapa masih ada orang melakukan maksiat? Lalu bagaimana sebenarnya makna setan dibelenggu saat Bulan Ramadhan?
Diolah dari IslamPos, Hadist riwayat Bukhari dan Muslim, dari Abu Hurairah RA, Rasulullah SAW bersabda, "Apabila bulan Ramadan tiba, pintu-pintu surga dibuka, pintu-pintu ditutup dan setan-setan dibelenggu". (Bukhari 1899, Muslim 1079).
Baca Juga : Sambut Ramadhan, Rumah Sedekah NU Launching Kartu Anak Mandiri Jawa Timur
Terkait makna setan dibelenggu pada bulan Ramadhan, para ulama berbeda pendapat. Menukil dari Al Hulaimy, Al Hafidz Ibnu Hajar mengatakan,
"Kemungkinan maksudnya adalah para setan tidak bersungguh-sungguh menggoda kaum muslimin, sebagaimana yang mereka lakukan di bulan lainnya, karena kesibukan (manusia beribadah). (Atau) yang dimaksud para setan (yang dibelenggu) adalah sebagian mereka, yaitu dari jenis pembangkang di antara mereka, (atau yang dimaksud) dibelenggu adalah dibelenggu dengan puasa yang berfungsi menekan dorongan syahwat, atau dengan bacaan Al-Qur’an dan dzikir".
Kemudian, ulama lain memaknai dibelenggunya setan saat Ramadhan adalah dengan diikat rantai. Iyadh berkata: Ada kemungkinan maknanya sesuai zahir dan hakekatnya. Yaitu sebagai tanda bagi para malaikat akan masuknya bulan Ramadan, agar mereka mengagungkan kesuciannya dan melarang para setan mengganggu kaum beriman. Kemungkinan juga (maknanya) sebagai simbol banyaknya pahala dan pengampunan. Dan berkurangnya gangguan setan, sehingga seakan-akan mereka dibelenggu. Dia Berkata, yang menguatkan kemungkinan kedua ini adalah ungkapan dalam riwayat Yunus dari Ibnu Syihab dalam riwayat Muslim, (yaitu ungkapan) ‘Pintu-pintu rahmat dibuka’. Dia juga berkata, bahwa kemungkinan (makna) dibelenggunya setan adalah simbol dilemahkannya (setan) dalam menggoda dan menghias syahwat. Zain bin Munayyir berkata, ‘Pendapat pertama (makna dibelenggu secara zahir) lebih tepat. Lafaz ini tidak perlu dialihkan dari zahirnya.’ (Fathul Bari, 4/114).
Ada lagi Syekh Ibnu Utsaimin, ditanyai seseorang tentang sabda Rasulullah SAW, “Setan-setan dibelenggu” padahal kita lihat ada orang-orang yang dapat kerasukan (jin) pada siang hari Ramadan, bagaimana setan-setan dibelenggu (sementara) sebagian orang ada yang kerasukan (jin)?
Beliau kemudian merespon pertanyaan itu...