Ngalam Local Culture and Fun Digitalpreneurship Festival, Wujud Cinta Keberagaman Bangsa
Reporter
Pipit Anggraeni
Editor
Yunan Helmy
06 - Nov - 2022, 05:23
JATIMTIMES - Keberagaman dan kekayaan budaya Indonesia menjadi sebuah kebanggaan yang terus dipupuk generasi muda. Salah satunya diwujudkan melalui Ngalam Local Culture and Fun Digitalpreneurship Festival Bina Nusantara University Malang yang digelar Sabtu, 5 November 2022.
Mengusung tema budaya Malang, festival ini mengundang tiga pemantik materi. Tiga pemateri tersebut adalah peneliti dan pegiat budaya tenaga ahli Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek I Gusti Anom Astika, wartawan JatimTIMES sekaligus penulis buku Kuliner Hindia Belanda 1901-1942 Pipit Anggraeni, serta Sri Hardina yang merupakan penari, guru tari, dan pengelola Sanggar Tari S Hardina.
Baca Juga : Ternyata Indonesia Sudah Mengenal Live Streaming sejak 1937
Character Building Development Center Bina Nusantara University Kartika Yulianti dalam sambutannya menyampaikan, webinar ini menjadi salah satu wujud akan kecintaan keberagaman Bangsa Indonesia. Diskusi dikemas menarik pun terdapat banyak kesimpulan yang bisa dipelajari lebih jauh.
"Dalam diskusi ini terdapat beberapa kesimpulan yang menarik untuk dipelajari," katanyam
Campus Director Binus Malang Dr. Robertus Tang Herman, S.E., M.M. menambahkan, keberagaman yang ada menjadi kekayaan Bangsa Indonesia yang harus kita jaga dan lestarikan. Melestarikan budaya bangsa tidak dapat dibatasi oleh usia ataupun golongan manapun.
"Mencintai keanekaragaman yang dimiliki oleh Bangsa Indonesia merupakan tanggung jawab kita semua sebagai Warga Negara Indonesia," jelasnya.
Sementara itu, dalam penyampaian materi pertama, Peneliti dan Pegiat Budaya Tenaga Ahli Dirjen Kebudayaan Kemdikbudristek I Gusti Anom Astika mengupas tuntas kebutuhan Indonesia untuk mempertahankan dan melestarikan kebudayaan. Diantaranya melalui beberapa cara seperti meningkatkan rasa ingin tahu, kepedulian, penggunaan kebudayaan, dan pencatatan.
Selain itu, Anom menekankan bahwa karena kecenderungan modernitas pemuda Indonesia selama kurang lebih dua dasawarsa ini semakin meningkat, banyak kebudayaan yang ditinggalkan sehingga hilang dan tidak dapat direhabilitasi kembali. Contohnya adalah 700 lebih bahasa lokal yang hilang selama 23 tahun terakhir.
Lebih jauh Anom menekankan keberlanjutan dari setiap aspek budaya seperti aspek sosial, ekonomi, dan alam. Aspek-aspek ini membentuk ruang untuk setiap kebudayaan berkembang.
"Contohnya adalah kemiri yang tidak hanya dikenal sebagai rempah melainkan juga bahan dasar dari kain-kain khusus," jelasnya...