Unikama Mewisuda 482 Wisudawan, 66 Persen Mahasiswa Lulus Cumlaude
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
31 - Oct - 2022, 12:04
JATIMTIMES - Universitas PGRI Kanjuruhan Malang (Unikama) menggelar prosesi wisuda sarjana dan pasca sarjana semester genap 2021-2022. Prosesi itu diikuti 482 mahasiswa dari 20 Program Studi (Prodi). Prosesi sakral itu dilaksanakan di Gedung Sarwakirti, Sabtu (29/10/2022).
Rektor Unikama, Dr Pieter Sahertian menyampaikan, proses belajar mengajar yang dilaksanakan dengan berbasis IT telah menghasilkan lulusan yang berkualitas, dengan masa studi yang relatif cepat dan tepat. Indikasi kualitas dapat dilihat dari capaian prestasi yang ditunjukkan dengan predikat lulusan Dengan Pujian (Cumlaude) sebesar 66,38 persen dan Sangat Memuaskan sebesar 33,62 persen.
Baca Juga : Libatkan Ratusan Pelajar SMP, Lurah di Jember Ubah Gang Jadi Wisata Mural
Namun yang masih perlu ditingkatkan lagi kedepan adalah kecepatan dan ketepatan mahasiswa dalam menyelesaikan masa studinya. Dari 482 lulusan, persentase kelulusan tepat waktu 8 semester sebesar 55 persen dan sisanya 45 persen 9-14 semester.
Perjalanan Unikama untuk mewujudkan visi, misi, tujuan dan strategi masih harus dilalui dengan kerja keras. Upaya untuk membangun kapasitas (capacity building) akan terus dilakukan walaupun dalam kondisi yang tidak terlalu berpihak pada upaya percepatan dalam suasana persaingan yang sangat ketat antar Perguruan Tinggi yang semakin kompetitif di era VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity).
Hal ini memberi sebuah pembelajaran untuk berani berfikir dan bertindak out of the box. Rentan perubahan (volatility) akibat pengaruh teknologi jika tak diimbangi dengan kualitas sumberdaya khususnya SDM, maka sebagai pengelola perguruan tinggi kita tidak hanya sekedar bertahan, tapi harus berhasil membangun ekosistem inovasi.
Terlebih lagi, dalam kondisi yang tidak stabil, sulit diprediksi seringkali dihadapkan pada situasi yang tidak pasti (uncertainty). Dalam situasi seperti ini kita harus mengubah cara berpikir dari what is probable (apa ada kemungkinan) menjadi what is possible (apa yang memungkinkan). Mengapa demikian, kompleksitas (complexity) persoalan pendidikan tinggi terus muncul ketika sedang mengembangkan tata kelola kampus untuk menghasilkan kinerja yang baik.
"Jika situasi seperti ini tidak diimbangi dengan kemampuan berpikir yang progresif, sistemik, dan fokus dengan keberanian dan kecepatan mengeksekusi sebuah keputusan atau kesepakatan, maka yang terjadi adalah ambiguitas (ambiguity) yaitu ketidakmampuan membuat keputusan karena terlalu banyak opsi sehingga membuat tidak fokus," paparnya...