Di RRI Malang, Kemenag Blitar Sosialisasikan Toleransi dan Moderasi Beragama
Reporter
Aunur Rofiq
Editor
Yunan Helmy
27 - Sep - 2022, 10:26
JATIMTIMES - Kantor Kementerian Agama (Kemenag) Kabupaten Blitar terus hadir memberikan pelayanan dan pengayoman kepada masyarakat. Terkini, Kemenag Kabupaten Blitar menyapa memberikan edukasi kepada masyarakat luas dalam dialog interaktif di Radio RRI Pro 1 Malang.
Dalam kegiatan ini, Kemenag Kabupaten Blitar diwakili Kepala Seksi (Kasi) Pendidikan Agama Islam (PAIS) Moh. Rosyad. Agenda sosialisasi dan dialog interaktif edisi ini mengusung tema tentang Toleransi dan Moderasi Beragama di Radio RRI Pro 1 Malang, Minggu (25/9/2022).
Baca Juga : Dinas Parbudpora Gelar Lomba Cerdas Cermat Cagar Budaya, Museum dan Sejarah Blitar
Ya, sosialisasi tersebut dilaksanakan karena masih adanya kesalahan dalam memaknai toleransi dan moderasi beragama. Ada yang beranggapan bahwa toleransi dan moderasi beragama dapat mendangkalkan akidah dan mengaburkan ajaran agama.
Ada juga yang berpendapat bahwa program toleransi itu hanya untuk menyasar radikalisme saja. Ada pula yang beranggapan bahwa dengan dalih toleransi beragama, dapat ikut merayakan ritual peribadatan agama lain, dan sebagainya.
Dalam kesempatan ini Rosyad menjelaskan, ketika kafir Quraisy Al-Walid bin Al-Mughirah dan kawan-kawan mendatangi Nabi Muhammad SAW untuk mengajak nabi menyembah apa yang mereka sembah dengan kompensasi mereka juga akan menyembah apa yang menjadi sesembahan Nabi Muhammad Saw, maka turunlah Q.S. Al-Kafirun ayat 1-6 sebagai jawaban ajakan kaum kafir qurais tersebut. Ayat tersebut secara terang dan gamblang memberikan batasan bertoleransi antar umat beragama “bagiku agamaku dan bagimu agamamu”.
“Toleransi itu harus murni, tidak boleh mencampur adukkan ajaran agama yang satu dengan ajaran agama yang lain. Bila dicampur adukkan, maka ajaran agama tersebut akan menjadi kabur dan tidak jelas. Kita umat Islam mempunyai keyakinan bahwa agama Islam adalah satu-satunya agama yang paling benar di dunia ini. Namun, kita harus sadar bahwa di sekitar kita juga ada orang yang mempunyai agama yang tidak sama dengan agama kita dan mereka juga berkeyakinan bahwa agama mereka yang paling benar,” kata Rosyad.
Persepsi tersebut bisa menjadikan gesekan antarumat beragama bila saling memaksakan kehendak. Karena itu, dalam konteks berinteraksi, bersosial dan bernegara, sangat dibutuhkan sikap tenggang rasa, saling menghargai, saling toleransi antar umat beragama agar kebaikan, kedamaian, ketenteraman dan harmoni sosial tetap terjaga...