Warga Banyuwangi Berhasil Manfaatkan Teknik Elektrolisis Oxyhidrogen untuk Hemat BBM
Reporter
Nurhadi Joyo
Editor
Yunan Helmy
06 - Sep - 2022, 03:48
JATIMTIMES - Namanya Topan. Dia warga Gang Lombok, Lingkungan Sukowidi, Kelurahan Klatak, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur.
Topan mampu memanfaatkan teknik elektrolisis oxyhidrogen untuk meningkatkan kekuatan mesin mobil dan sepeda motor sekaligus mampu menghemat bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan.
Baca Juga : Jelang Pemilu 2024, DPD PKS Kota Malang Lantik Koordinator RW dari Tiga Kecamatan
Menurut Topan, yang waktu SMA mengambil jurusan Iimu pengetahuan alam (IPA), inovasi dan kreativitas terhadap mobil dan sepeda motornya dia lakukan setelah belajar secara otodidak atau belajar di You Tube.
“Dengan teknologi yang kami gunakan saat ini, ibarat membeli BBM jenis Pertalite tetapi mendapatkan kualitas Pertamax Dex. Sebelumnya mobil matik kami untuk naik ke Taman Wisata Ijen cukup berat. Tetapi dengan teknik elektrolisis oxyhidrogen, alhamdulillah semua jadi lancar,” ungkap Topan di rumahnya pada Senin (05/09/2022).
Ayah dua anak itu menuturkan, kelebihan teknologi yang digunakan antara lain asap yang keluar dari knalpot tidak mengeluarkan bau menyengat, tidak perlu mematikan mesin meskipun terjebak macet parah karena khawatir BBM boros, serta AC mobil terasa lebih sejuk.
“Pernah kami ke Surabaya terjebak macet parah hampir tiga jam di sekitar daerah Banyuglugur (Situbondo). Meskipun mesin mobil tidak pernah mati Banyuwangi-Surabaya PP (pulang pergi), BBM-nya habis sekitar Rp 300 ribu,” ungkapnya.
Begitu pula pengalaman putra Topan dengan mengendarai sepeda motor Vario Banyuwangi-Genteng PP. Dengan dipasang alat elektrolisis oxyhidrogen dan mengisi BBM Rp 20 ribu (sebelum kenaikan harga), BBM hanya berkurang satu strip.
Lebih lanjut Topan menuturkan, untuk menemukan alat yang pas, butuh beberapa kali uji coba. Awalnya menggunakan botol plastik yang harganya sekitar Rp 3 ribu per biji. Namun setelah digunakan, akhirnya mengecil dan menyusut.
Selanjutnya dengan mencoba menggunakan botol kaca. Ternyata problemnya sama tidak tahan panas. ”Setelah beberapa kali melakukan uji coba, akhirnya saya berhasil menemukan alat yang tahan panas. Idealnya ada wadah berbahan aklirik yang tahan panas dan rapi. Makanya kami terus berupaya melakukan penyempurnaan,” ujarnya.
Baca Juga : Baca Selengkapnya