Pengamat Sebut Visi Misi KIB: Politik Gagasan, Bukan Politik Catwalk
Reporter
Tubagus Achmad
Editor
Nurlayla Ratri
17 - Aug - 2022, 03:06
JATIMTIMES - Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) yang digawangi Partai Golongan Karya (Golkar), Partai Amanat Nasional (PAN) dan Partai Persatuan Pembangunan (PPP) telah meluncurkan visi dan misi koalisi.
Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno menilai apa yang ditunjukkan KIB dalam peluncuran visi dan misi di Surabaya, patut diapresiasi. Menurutnya, KIB menunjukkan bahwa mereka mengedepankan ide dan gagasan dalam berpolitik di Indonesia.
Baca Juga : Dari Kota Tulungagung ke Pathuk Gebang, Para Pemuda Penuh Semangat Kirab Bendera
Pihaknya menilai, apa yang telah dilakukan Golkar, PAN dan PPP dengan membuka ruang aspirasi bagi visi dan misi koalisi, merupakan tradisi dan budaya politik baru.
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah ini menegaskan, KIB lebih mengedepankan narasi dan gagasan besar untuk Indonesia, ketimbang hanya menunjukkan orkestra politik yang artifisial atau dangkal.
"(KIB) ini bukan politik para pesolek, yang mana mempertontonkan satu dandanan politik yang sebenarnya hanya manis dipermukaan, tapi tidak indah di belakang. Karena dalam realitasnya, banyak orang yang kelihatan populer, narsis di medsos, dikenal oleh publik, nyatanya juga tidak punya rekam jejak yang bagus-bagus amat," ungkap Adi dalam keterangan, Selasa (16/8/2022).
Adi menambahkan, apa yang ditunjukkan partai yang dipimpin Ketua Umum (Ketum) Airlangga Hartarto (Golkar), Ketum Zulkifli Hasan (PAN), dan Ketum Suharso Monoarfa (PPP), lebih bersifat kualitatif atau substansial.
Meskipun, harus diakui bahwa hingga saat ini, masyarakat Indonesia lebih menyukai hal-hal yang sifatnya kuantitatif, remeh temeh, atau popularitas.
Menurutnya, KIB dengan politik ide dan gagasannya menghadapi tantangan besar terkait kondisi masyarakat yang sejak beberapa tahun belakangan ini, lebih sering dicekoki satu fenomena politik yang mengarah pada kultus individu.
Sehingga, yang terjadi saat ini, masyarakat Indonesia lebih memilih orang-orang yang kelihatan populer dan kerap kali narsis di media sosial. Sekalipun rekam jejak politiknya tidak terlampau kelihatan. Menurut Adi, gagasan KIB harus melawan mainstream.
Baca Juga : Baca Selengkapnya