Menunggu 8 Tahun Perbaikan, Bangunan Rusak SDN 3 Pandanlandung Ada Titik Terang
Reporter
Riski Wijaya
Editor
Dede Nana
30 - Jul - 2022, 02:36
JATIMTIMES - Pihak Sekolah Dasar Negeri (SDN) 3 Pandanlandung, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang bakal segera diperbaiki. Menurut pengakuan Kepala SDN 3 Pandanlandung Abdul Ghofur, dalam hal ini pihaknya sudah menunggu selama sekitar 7 sampai 8 tahun. Harus bertahan untuk tetap melakukan aktivitas belajar mengajar dalam kondisi bangunan yang berangsur rusak.
Ia mengatakan, di sekolah yang ia pimpin totalnya ada 4 bangunan yang rusak. 2 diantaranya sudah digunakan. Hal tersebut membuat kegiatan belajar mengajar harus dilakukan di tempat lain. Bahkan pihaknya juga memanfaatkan ruangan musala.
Baca Juga : Bupati Yes Resmikan Sirkuit Motocross Terbesar dan Terbaik di Jatim
"Harusnya anak kelas dua di situ, ini pindah ke ruang kelas 1. Ini kelas 1 pindah ke ruang musala," ujar Ghofur saat ditemui usai menerima kunjungan Bupati Malang HM. Sanusi, Jumat (29/7/2022).
Perpindahan ruang untuk aktivitas belajar mengajar tersebut dilakukan sejak 2021. Tepatnya setelah pembelajaran tatap muka (PTM) diperbolehkan oleh pemerintah untuk digelar.
"Kondisi tersebut sudah berlangsung sejak 2021. Persisnya setelah PTM resmi diperbolehkan untuk dilakukan," terang Ghofur.
Menurutnya, rusaknya bangunan ruang kelas tersebut karena memang termakan usia. Ghofur juga mengaku bahwa bangunan sekolah yang saat ini rusak tersebut dibangun pada tahun 2006.
"Rusaknya karena dimakan usia. Sudah mulai 2006. Jadi sudah 16 tahun ini bangunannya," imbuh Ghofur.
Pihaknya juga tidak dapat berbuat banyak untuk melakukan perbaikan secara besar-besaran. Hal tersebut mengingat adanya keterbatasan anggaran. Hanya, sejumlah perbaikan yang berskala kecil yang dilakukan.
"Kalau rehabilitasi dilakukan kecil-kecilan saja. Kami tidak berani mengambil dari BOS, karena itu wilayahnya pemerintah," jelasnya.
Pantauan di lokasi, kerusakan ruang kelas ini terjadi pada konstruksi atap bangunan. Hal itu terlihat dari asbes berlubang dan sebuah bambu berukuran cukup besar untuk menopang struktur atap yang dinilai rapuh.
Sementara itu, di ruang kelas lain yang masih berada dalam satu bangunan dengan konstruksi atap yang sama, kondisinya juga tak jauh berbeda. Bahkan, tumpukan kayu bekas konstruksi juga terlihat bertumpuk di sudut ruangan.
Baca Juga : Baca Selengkapnya