Dikritik Belasan Mahasiswa, Rektor Unisla Bersuara
Reporter
M. Nur Ali Zulfikar
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
17 - Jul - 2022, 02:09
JATIMTIMES - Belasan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Universitas Islam Lamongan (Unisla) menggelar aksi demonstrasi untuk menyampaikan sejumlah tuntutannya, pada Jumat (15/7/2022) kemarin, di lapangan parkir kampus setempat.
Tak tanggung-tanggung, mereka juga membawa alat peraga berupa karangan bunga yang berisikan tulisan: Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun, turut berduka cita atas matinya mimbar akademik di Unisla'.
Baca Juga : Gelombang II Masih Buka, Berikut Jalur-Jalur PMB di Unikama
Menanggapi aksi itu, kini pihak Rektorat Unisla pun menyampaikan tanggapannya atas aksi yang dilakukan oleh Aliansi Mahasiswa tersebut, bertempat di Aula Gedung A, Unisla, pada Sabtu (16/7/2022).
Sebelumnya, belasan mahasiswa ini menuntut agar mencabut SK Nomor: 027/Kep/Unisla/2022 tentang Pembekuan Pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Unisla Periode 2021-2022.
Ketua BEM Unisla, Febri Firmansyah mengatakan bahwa pembekuan oleh pihak Rektorat terhadap BEM Unisla ini dianggap telah mengkebiri kebebasan akademik mahasiswa.
"Pembekuan BEM Unisla merupakan sebuah sikap otoriter dan maskulinitas kampus. Keotoriterian kampus ini seolah mengingatkan masa lalu kelam pada rezim Orde Baru. Respon yang diberikan oleh pihak rektorat adalah tindakan yang berlebihan," ujarnya.
Febri mengungkapkan, kebebasan merupakan hak anggota sivitas akademika dalam melaksanakan dan mengembangkan ilmu, teknologi, dan seni melalui kegiatan pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat sesuai dengan norma dan kelaziman akademik yang berlaku.
"Kebebasan akademik Unisla itu kan sudah diatur dalam peraturan statuta Yayasan Pembina Perguruan Tinggi Islam (YPPTI) Sunan Giri Lamongan. Kami dari BEM Unisla juga menyampaikan kritikan secara ilmiah, dengan 4 titik fokus muatan materi, di antaranya aspek akademis, aspek keuangan, aspek kemahasiswaan dan aspek sarana prasarana," kata Febri.
Febri menegaskan bahwa, kritikan tentang kebijakan dalam pelaksanaan PONPESMA (Pondok Pesantren Mahasiswa), kurang maksimalnya pelaksanaan MBKM.
Terkait administrasi yang rumit dalam pembayaran, transparansi anggaran khususnya pada kenaikan pembayaran Heregistrasi, UTS/UAS, SPP, infaq serta pemotongan beasiswa KIP yang dialami oleh mahasiswa UNISLA.
Tak cukup itu, tambah Febri, kegiatan Ormawa juga diambil alih oleh pimpinan fakultas. Bahkan juga ada kendala dalam pemenuhan fasilitas penunjang kegiatan Ormawa dan ketersediaan kesekretariatannya...