Pidato di Mesir, Gus Fahrur Bicara Tentang Pencegahan Ekstrimisme dan Radikalisme
Reporter
Hendra Saputra
Editor
Pipit Anggraeni
09 - Jun - 2022, 03:42
JATIMTIMES - Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Bidang Keagamaan KH Ahmad Fahrurrozi (Gus Fahrur) menjadi salah satu pemateri dalam Konferensi Internasional Pencegahan Ekstrimisme dan Radikalisme, Rabu (8/6/2022) di Hotel Almasa Naser City Cairo, Mesir.
Gus Fahrur dalam pidatonya yang berbahasa Inggris dan Arab mengapresiasi atas undangan konferensi internasional oleh Darul Ifta dan Pemerintah Mesir. Karena dalam hal ini pihaknya senang dengan diskusi pencegahan ekstrimisme dan radikalisme.
Baca Juga : Dibuat Sebal Rambut Tebal Bergelombang dan Mengembang, Yuk Atasi dengan Cara Ini
Pada pidatonya itu, Gus Fahrur menjelaskan kepada audiens bahwa Indonesia adalah negara yang banyak pulau dengan ratusan suku serta bahasa lokal. Bahkan Gus Fahrur juga menjelaskan bahwa mayoritas rakyat Indonesia memeluk agama Islam dan menjadi negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia.
“Di negara kami Indonesia terdapat puluhan organisasi kemasyarakatan dan keagamaan dan semua ormas Islam, disatukan para dalam wadah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang berdiri pada 26 Juli 1975 lalu,“ kata Gus Fahrur dalam rilis yang diterima JatimTIMES, Rabu (8/6/2022).
Disitu, Gus Fahrur juga menjelaskan bagaimana perjalanan lika-liku atau fase terorisme yang terjadi di Indonesia dari masa lalu hingga saat ini. Pertama, gerakan terorisme NII, organisasi lokal yang orientasinya mendirikan negara Islam di Indonesia sejak tahun 1960 silam, ditangani oleh pemerintah dengan pendekatan kekuatan militer.
“Kemudian gerakan Jamaah Islamiyyah, organisasi yang berafiliasi dengan al-Qaeda melalui para alumni mujahidin Afghanistan. Orientasi mereka ingin mendirikan negara Islam regional Asia Tenggara, kelompok ini ditangani oleh pemerintah dengan pendekatan hukum dan intelijen,” tegas Fahrur yang juga pengurus MUI pusat itu.
Lanjut Gus Fahrur, Jamaah Anshorud Daulah yang merupakan organisasi yang berafiliasi dengan ISIS dan Berorientasi mendirikan khilafah bersama ISIS di Timur Tengah. Dimana gerakan ini terus dipantau oleh pemerintah dengan pendekatan hukum dan keamanan.
Dalam hal ini, Gus Fahrur juga mengaku MUI harus ikut berperan penting dalam penanggulangan teror melalui bentuk soft approach, yaitu dakwah, dialog, dan diskusi intensif dengan berbagai kelompok masyarakat.
“Langkah ini lebih diutamakan sebelum pendekatan kekuasaan bersenjata atau hukum, dan terbukti berhasil menarik banyak mantan anggota kelompok teroris untuk mencabut baiat kepada kelompoknya dan kembali ke pangkuan NKRI,” papar Gus Fahrur...