Karena Kasihan, Guru Honorer MTs di Kabupaten Malang Mampu Santuni 100 Lansia
Reporter
Hendra Saputra
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
21 - Jan - 2022, 03:12
JATIMTIMES - Pria asal Desa Ganjaran, Kecamatan Gondanglegi, Kabupaten Malang, Amir Mahmud (50) mungkin bisa disebut pahalawan tanpa tanda jasa. Di balik rumahnya yang sederhana, Amir menghidupi 100 orang lansia di kawasan Desa Ganjaran.
Saat ditemui di rumahnya seluas kurang lebih 60 meter persegi itu, Mahmud yang mengenakan sarung mempersilahkan wartawan media ini untuk masuk ke kediamannya yang berarsitek khas rumah pedesaan. Disitu juga terlihat lumut-lumut mulai menghiasi temboknya, sementara cat berwarna hijau di kusen rumahnya juga terlihat mulai memudar.
Baca Juga : Siswa MIN 1 Malang yang Positif Covid-19 dari Cluster Keluarga
Memulai dengan perbincangan, Mahmud sangat terbuka dengan kedatangan wartawan media ini. Pria ramah ini mengatakan setiap bulannya istiqomah mengirimkan paket sembako berisi beras hingga mie instan ke 100 orang jompo di desanya.
Alasannya pun sangat sederhana, Mahmud merasa kasian karena lansia-lansia di sekitar rumahnya hidup sebatang kara dan tidak bekerja.
“Saya merasa tergerak karena sebagian dari mereka sudah tidak memiliki keluarga. Sebagian yang lain masih memiliki keluarga tapi juga tidak mampu. Ada juga yang pergi dan tidak mengurusinya lagi,” terang Mahmud saat ditemui Kamis (20/1/2022).
Ketika mengirim bantuan sembako itu, Mahmud tak sendirian. Sebab ia juga mengajak anak-anak sekitar desa. Hal itu adalah untuk meningkatkan kepedulian anak sejak dini.
“Saya dan anak-anak kecil itu mengantar bantuan itu setiap hari Jum'at legi. Biasanya menggunakan pikap. Alhamdulilah senang anak-anak karena bisa sambil main,” kata Mahmud di ruang tamunya.
Perhatian yang ditunjukkan Mahmud bukan hanya mengenai pasokan makanan, ia juga siap siaga terkait kesehatan para jompo itu. Bahkan jika ia menemukan jompo yang sakit, Mahmud bersedia merawat para jompo itu.
Sementara jika ada yang meninggal, Mahmud rela mengurus semua administrasi meninggalnya jompo di sekitar desanya.
“Kalau sakit ringan kami panggilkan dokter. Kalau cukup berat ya kami bawa ke rumah sakit. Apabila meninggal dunia ya kami urus semua pemakaman hingga tahlilannya selama tujuh hari. Dengan catatan tidak ada yang mengurusnya,” papar Mahmud.
Mahmud sendiri sejauh ini sudah membantu 100 jompo, dan semuanya itu tidak dari uang sendiri. Sebab dengan gajinya yang berprofesi sebagai guru swasta di Madrasah Tsanawiyah tidak cukup. Sebulan dia hanya mendapat upah kurang lebih Rp 200 ribu...