Jalan Poros di Warga Desa Banyuwulu Wringin Tak Tersentuh Pengaspalan
Reporter
Abror Rosi
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
10 - Jan - 2022, 11:59
JATIMTIMES - Masyarakat Dusun Klabengan, Desa Banyuwulu dan Dusun Biser, Desa Gubrih, Kecamatan Wringin, setiap hari harus berjibaku dengan lumpur saat hendak pergi dan pulang bekerja. Termasuk dalam mengakses kesehatan, listrik, hingga kebutuhan primer sehari-hari.
Pasalnya, satu-satunya jalan yang menghubungkan 500an kepala keluarga di wilayah itu terbilang sangat sulit aksesnya. Karena, belum diaspal dan bahkan hanya batuan dan tanah.
Baca Juga : Kuota Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap Kota Batu Turun, 2 Desa Dapat Jatah 3 Ribu Sertifikat
Lebih-lebih ketika musim penghujan datang. Nyaris tak ada kendaraan warga yang bisa lewat di jalan sepanjang 5 kilometer. Hingga, membuat warga terisolir.
"Itu diperkirakan sekitar 5 kilometer dari akses di bawah, dari yang sudah ditata batu ya. Kalau tanah saja itu sekitar 2 kilometer," kata M. Rois, salah seorang tokoh muda di Desa Banyuwulu.
Akibat kondisi jalan yang rusak ini, mereka harus merogoh kocek lebih banyak untuk membeli kebutuhan pokok. Contohnya, harga gas elpigi 3 kilogram yang biasanya cukup dibeli dengan harga Rp 20 ribuan. Warga di sana membelinya dengan harga Rp 28 ribuan.
"Kebutuhan sehari-hari mereka ya turun, kadang seminggu sekali. Pedagang ada di sana, tapi harganya melonjak. Sesuai akses jalan," katanya.
Tak hanya itu, ketika ada warga yang hendak melahirkan atau berobat ke Polindes. Biasanya, warga sekitar bergotong royong membopong dengan tandu menuju layanan kesehatan.
"Kalau musim hujan mau dibopong naik kendaraan apa. Lah kendaraan tak bisa lewat," jelasnya.
Pria yang akrab disapa Rois ini mengaku, kondisi warga di sana juga sangat memprihatinkan. Karena mayoritas warga memang masuk kategori tak mampu. Bahkan, kebanyakan rumah warga di sana masuk kategori Rumah Tak Layak Huni (RTLH).
Sedangkan, tiang listrik juga tak bisa masuk kesana. Kalaupun masyarakat hendak menikmati listrik, mereka harus memasang kabel dengan jarak 500 meter hingga 1 kilometer ke rumah warga di bawah.
"Akses kesana itu, untuk material saja hanya ada dua pengendara. Itu pun harus musim kemarau saja," jelas Rois.
Untuk sekolah berada depan jalan menuju dusun-dusun tersebut. Jadi, anak sekolah cukup jalan kaki.
Sebenarnya, kata Rois, selama ini pemerintah desa sudah memberikan perhatian. Seperti bantuan langsung tunai bagi warga tak mampu, Program Keluarga Harapan, pengerasan jalan...