Mencari Berkah di Makam Eyang Putri Atika Giri
Reporter
Nurhadi Joyo
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
24 - Apr - 2021, 02:53
BANYUWANGITIMES-Kota Banyuwangi selain dikenal sebagai daerah yang kaya akan keindahan alam dan seni budaya untuk wisata, juga memiliki banyak tempat keramat yang menjadi jujugan bagi masyarakat yang memiliki tradisi dan budaya mengunjungi wisata religi, salah satunya Makam Keramat Eyang Putri Atika.
Makam Eyang Atika merupakan sebuah makam yang cukup tua dan berada di bukit Giri lingkungan Krajan Kelurahan/ Kecamatan Giri Banyuwangi. Masyarakat setempat yang akan melakukan hajat menikahkan putra/putrinya, acara khitanan maupun melaksanakan hajatan lain melakukan selamatan dan ritual di makam keramat tersebut.
Baca Juga : Laknat! Seorang Ayah di Jombang Perkosa Kedua Putrinya Sejak 2016
Menurut Jum’ali, Juru Kunci Makam Eyang Putri Atika Giri banyak masyarakat mulai Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya dan beberapa kabupaten/kota lain yang melakukan ritual atau tawasul di makam keramat tersebut dan tidak sedikit yang sudah mewujudkan cita-cita dan harapan mereka.
”Untuk peziarah dari Banyuwangi ada salah satu pondok pesantren yang secara berkala pengasuhnya mengajak para santri untuk menggelar ritual dan melantunkan doa di Makam Eyang Putri Atika,” jelas Jum’ali.
Kemudian mengutip dari beberapa sumber salah satu makam buyut Dewi Sayu Atika atau Dewi Reni Sekardadu di Bukit Giri Kecamatan Giri Kabupaten Banyuwangi (sebab makam atau petilasan beliau di tanah Jawa begitu banyak).
Ibunda Sunan Giri Dewi Reni Sekardadu atau Sayu Atika menikah dengan Maulana Ishak maka lahirlah bayi mungil yang kelak menjadi salah satu penyebar Islam di Pulau Jawa, Sunan Giri.
Dewi Sekardadu merupakan sekar kedaton (bunga istana) putri kesayangan Prabu Minak Sembuyu, Raja Blambangan (Banyuwangi). Konon wilayah Blambangan pada jaman itu terjadi pageblug pagi sakit sore meninggal dan sore sakit maka paginya meninggal dunia. Dan Sekardadu menderita sakit akut yang tak kunjung sembuh maka raja mengadakan sayembara, barang siapa yang berhasil menghilangkan pageblug dan menyembuhkan penyakit sang putri maka dia akan mendapatkan hadiah dijadikan suaminya. Akhirnya seorang alim ulama bernama Maulana Ishak berhasil menyembuhkan sakit yang diderita Dewi Sekardadu.
Kehadiran Maulana Ishak di daerah Blambangan lama-kelamaan ternyata kurang disukai Minak Sembuyu dan para elit Blambangan. Maulana Ishak dituduh mempengaruhi masyarakat sekitar yang kala itu masih memeluk agama Hindu. Ketidakcocokan di antara keduanya menyebabkan Maulana Ishak memilih meninggalkan Blambangan...