Guru Besar UIN Malang, Prof Imam Muslimin: 'Pemimpin Harus Bersih Dari Berbagai Dugaan'
Reporter
Anggara Sudiongko
Editor
Pipit Anggraeni
14 - Apr - 2021, 10:57
MALANGTIMES - Kontesisasi pemilihan Rektor Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim (UIN Maliki) Malang periode 2021-2025, kini masuk pada tahapan penilaian kualitatif oleh Senat terhadap tujuh bakal calon rektor. Berkaitan itu, Guru Besar UIN Maliki Malang, Prof Imam Muslimin menegaskan, jika seorang pemimpin haruslah bersih dari dugaan-dugaan.
Dari situ, seperti diketahui dan telah ramai dikabarkan selama ini, salah satu dari tujuh bakal calon diduga terkait kasus plagiasi. Terlepas terbukti atau tidak, sebuah dugaan yang itu juga terdengar oleh banyak orang, itu menurut Imam merupakan sebuah aib.
Baca Juga : Resmikan Skin Center, Bupati Ingin RSD Soebandi Jember Miliki SIM-RS
"Diduga dan didengar oleh orang banyak saja itu sudah aib. La pimpinan itu harus tidak ada dugaan-dugaan. Prinsipnya orang jawa begini, kalau ada asap mesti ada api, meskipun itu kecil. Lalu kok diduga ?, berarti ada, walaupun belum tentu benar secara hukum," terangnya.
Karenanya, secara pribadi pihaknya meminta untuk bakal calon yang terduga itu untuk mundur dan tidak maju menjadi calon Rektor. Hal itu kembali ditegaskannya, jika sekedar dugaan semata, sudah menimbulkan hak yang tak baik. Terlebih lagi, adanya dugaan tersebut tentunya juga dari sebuah dasar, sehingga muncul sebuah dugaan.
"Menurut saya tegas saja, yang diduga ini mundur, nggak usah maju. Kampus ini harus bersih dari dugaan-dugaan. Sekedar diduga sudah tidak baik," terangnya.
Lebih lanjut ia menjelaskan, jika dirinya sebagai salah satu perumus dan pemilik ide dalam pendirian UIN Malang bersama Prof Imam Suprayogo, tentunya ingin kampus Ulul Albab ini semakin berkembang dari berbagai sisi, baik SDM maupun infrastruktur.
UIN mempunyai empat kekuatan, yakni kedalaman spiritual, keagungan akhlak, keluasan ilmu dan kematangan profesional. Hal itu merupakan rumusan untuk dalam mencetak dan membangun SDM berkualitas.
"Orang harus dibangun kedalaman spiritualitasnya dulu. Membetulkan (spiritual dan akhlak) orang itu tidak mudah. Setelah dibetulkan, maka kemudian dipintarkan. Kalau sebaliknya, terlanjur pintar, kadang sulit dibetulkan (spiritualitas dan akhlak)," terangnya...