Mantan Rektor UINSA: Saya Meresmikan Program Beasiswa Tahfidz lewat SK
Reporter
M. Bahrul Marzuki
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
15 - Mar - 2021, 02:00
Beasiswa Penghafal Al-Qur'an Dihapuskan (5)
SURABAYATIMES - Media ini berkesempatan langsung mewawancarai mantan Rektor UINSA, Prof. Abd A'la tentang program beasiswa Tahfidz. Meskipun saat ini dia menjadi dosen biasa di Kampus UINSA tetap mau memberikan komentar.
Prof. A'la menceritakan beasiswa Tahfidz awal dimulai ketika dia menjabat sebagai rektor. "Kita berharap dari pesantren saat itu bisa lebih banyak yang masuk ke Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya," ujarnya.
Ketika awal diprogramkan ini menurut dia kuota yang diberikan masih tidak banyak. "Sekitar seratusan, sedikit sekali. Ke depan berharap lebih banyak lagi, bukan hanya hafal Al-Qur'an tapi yang mengerti kitab kuning juga," tegasnya.
Sehingga dari sini Prof. A'la berharap santri yang berprestasi bisa memiliki kesempatan lebih besar dalam meraih masa depan yang terbaik bagi dia.
Pria asal Sumenep, Madura ini juga menegaskan ketika awal meluncurkan program lewat keputusan resmi. Yakni, dengan menerbitkan Surat Keputusan (SK) Rektor. "Ada SK resmi," lanjutnya.
Prof. A'la menjelaskan jika program tersebut tak dibatasi kepada calon mahasiswa baru saja, tapi juga mahasiswa. Sehingga jika ada mahasiswa yang serius menghafal Al-Qur'an dipertengahan masa kuliah bisa mendapatkan beasiswa.
"Baik yang sudah mendaftar maupun mahasiswa yang hafal sekian masuk pada program studi tertentu dapat beasiswa," bebernya.
Ketika ditanya tentang adanya perubahan dalam mengajukan beasiswa Tahfidz saat ini, Prof. A'la mengaku tidak tahu.
"Saya tak tahu dasar kebijakan, apa dasarnya. Apakah ada aturan terkait di atasnya, saya kurang tahu itu. Saya murni ngajar tak ngambil kebijakan sekarang," tutur Prof. A'la.
Sementara itu jika dibandingkan dengan kampus UIN Maulana Malik Ibrahim, Malang, kampus UINSA termasuk tertinggal tentang program beasiswa Tahfidz ini. Karena kampus UIN Maulana Malik Ibrahim lebih dahulu menerapkannya di zaman Prof. Imam Suprayogo menjadi rektor.
"Saya bukan menjiplak tapi hal yang baik kita kembangkan. Kemandirian untuk memberikan yang terbaik bagi mahasiswa. Bagaimana agar dunia pesantren memiliki kesempatan ke perguruan tinggi," imbuhnya.