Siapkan Kurikulum Merdeka Belajar, FISIP Unmuh Jember Gelar FGD
Reporter
Moh. Ali Mahrus
Editor
Sri Kurnia Mahiruni
01 - Nov - 2020, 01:04
Kebijakan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dengan meluncurkan kebijakan Merdeka Belajar bagi perguruan tinggi baik negeri maupun swasta bertajuk Kampus Medeka, disambut baik oleh Universitas Muhammadiyah Jember dan bersiap untuk mengimplementasikannya.
Terlebih 10 Prodi (Program Study) di kampus swasta terbesar di Jember ini, seluruhnya mendapatkan hibah program Kampus Medeka dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.
Baca Juga : Sikap SMA-SMK di Kota Malang Antisipasi Pelajar Ikut Demo UU Cipta Kerja
“Alhamdulillah 10 prodi di Unmuh Jember semuanya mendapatkan hibah tersebut, termasuk Prodi Ilmu Komunikasi FISIP, sebab setiap perguruan tinggi tidak semua prodinya mendapatkan hibah. Untuk mendapatkan hibah ini, perguruan tinggi harus terakreditasi A atau B,” ujar Suyono SH. M.Ikom Kaprodi Ilmu Komunikasi FISIP Unmuh Jember.
Guna menyiapkan kurikulum Belajar Merdeka di Kampus Merdeka Unmuh Jember, Prodi Ilmu Komunikasi FISIP Unmuh Jember menggelar Focus Group Discussion (FGD), secara luring dan daring dengan mengundang stakeholder dari berbagai intansi, termasuk dari kalangan media massa pada Sabtu (31/10/2020) di Gedung FISIP Unmuh Jember.
Hadir beberapa tokoh pers dan pakar dalam acara tersebut di antaranya Aga Suratna dari KISS FM, Dr. Kun Waziz dari IAIN Jember sekaligus mantan redaktur Radar Jember, Singgih Sutoyo bos Media Top News Group, Askabul praktisi komunikasi yang juga mantan jurnalis Jawa Pos, serta beberapa kepala biro media yang ada di Jember.
Banyak masukan yang disampaikan oleh peserta yang hadir dalam menyiapkan kurikulim Belajar Merdeka Kampus Medeka di Unmuh Jember, salah satunya datang dari Askabul mantan wartawan Jawa Pos yang saat ini bekerja di salah satu perusahaan sebagai konsultan HRD.
Menurut pria yang saat ini tinggal di Surabaya, tidak dipungkiri jika saat ini banyak sekali lulusan sarjana yang kebingungan mencari pekerjaan, hal ini dikarenakan kurang percaya diri yang dimiliki oleh lulusan sarjana, bahkan tidak sedikit pula dari lulusan sarjana yang tidak memahami dengan kemampuannya.
“Padahal untuk bisa diterima kerja di sebuah perusahaan, mereka harus memiliki 3 hal, yakni Skill, Attitude, dan Knowledge. Skill sendiri terbagi menjadi dua yakni soft skill dan hard skill, sedangkan di skill saja, banyak lulusan sarjana yang tidak percaya diri dengan kemampuannya, hal ini yang harus menjadi perhatian dari pihak kampus,” ujar Askabul...