Puluhan Pendekar PSHT Geruduk Polres Ngawi, Tuntut Kejelasan Penangan Kasus yang Menimpa Anggota

Puluhan pendekar Persaudaraan Setia Hati Terate (PSHT) geruduk Polres Ngawi, pada Jumat (23/10/2020) pagi. Kedatangan mereka mempertanyakan kelanjutan kasus penganiayaan yang dialami warganya. Kedatangan para pendekar PSHT itu bertepatan dengan dilangsungkannya gelar perkara kasus penganiyayaan oleh Polres Ngawi.

Mereka menuntut pihak kepolisian mengusut tuntas dan bertindak tegas atas insiden penganiayaan yang diduga melibatkan salah satu perguruan pencak silat di Kabupaten Ngawi tersebut.

Baca Juga : Libur Panjang Akhir Pekan, Satlantas Polres Bojonegoro Cek Senjata

Sayangnya, aksi puluhan pendekar PSHT itu tidak diperkenankan masuk ke dalam mapolres. Mereka akhirnya menyampaikan aspirasi dari luar pagar depan Mapolres.

"Kami datang ingin tahu sejauh mana kejelasan kasus yang menimpa salah satu anggota keluarga kami," ucap salah satu warga PSHT yang tak mau disebut namanya.

Seperti diketahui kedatangan para pendekar PSHT itu berawal dari penganiayaan yang dialami warganya bernama Dicky Miftakul Anwar, 16 tahun, pelajar Desa Wonokerto Rt 09/ 01 Kecamatan Kedunggalar.

Korban dianiaya kedua tersangka berinisial AS, 33 tahun dan APT, 17 tahun. Keduanya warga Desa Jatigembol Kecamatan Kedunggalar.

Baca Juga : Peringati Hari Santri Nasional, Wakil Ketua Fraksi PKS Rokhmad: Ajang Refleksi Perjuangan Santri

Kasus penganiayaan bermula ketika pada Sabtu 17 Oktober 2020 lalu korban mengendarai sepeda motor bersama rekannya. Namun korban tiba-tiba dihentikan tersangka di perempatan Sambirejo Desa Jatigembol dan sempat terjadi cekcok. Tak lama berselang tersangka hajar korban hingga alami luka memar di kepala dan lecet di hidung.

Tidak terima atas penganiayaan yang dialami, korban melaporkannya ke Polsek Kedunggalar pada Senin 12 Oktober 2020. Kemudian kasus ini dilimpahkan ke Polres Ngawi. "Kasus penganiayaan itu telah ditangani Sat Reskrim Polres Ngawi" jelas AKP Sukisman, Kapolsek Kedunggalar...

Baca Selengkapnya