Dilaporkan Pemerasan, Puluhan Jurnalis dan Aktivis Datangi Mapolsek Giri
Reporter
Nurhadi Joyo
Editor
A Yahya
27 - Aug - 2020, 03:26
Puluhan jurnalis bersama aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) seluruh Kabupaten Banyuwangi mendatangi Markas Kepolisian Sektor (Mapolsek) Giri, Kabupaten Banyuwangi. Kedatangan mereka sebagai bentuk solidaritas dan dukungan moral kepada dua jurnalis Online yang dilaporkan karena dugaan tindak kriminal Rabu (28/8/2020).
Dua jurnalis yang tergabung dalam Koma Vision Banyuwangi, Teguh Prayitno dan Margito disinyalir menjadikan korban upaya rekayasa dan dilaporkan oleh seorang kontraktor (MA).
Baca Juga : Habis Nyapu Pria Ini Ditemukan Tewas, Begini Kronologinya
Menurut Muhammad Helmi Rosyadi, salah seorang aktivis Banyuwangi kehadiran puluhan jurnalis dan aktivis Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) seluruh Kabupaten Banyuwangi memberikan dukungan dan solidaritas kepada Margito dan Teguh Prayitno yang dilaporkan melakukan pemerasan.
Dia menuturkan dugaan kriminalisasi kepada dua jurnalis tersebut bermula dari panggilan telepon yang dilakukan oleh salah satu kontraktor berinisial MA yang mengerjakan proyek pemerintah yang anggarannya bersumber dari Anggaran Penerimaan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Banyuwangi Selasa (25/8). MA mengajak pertemuan dan menikmati kopi di salah satu Cafe di Jalan Simpang Gajah Mada, Kelurahan Mojopanggung, Kecamatan Giri, Kabupaten Banyuwangi.
“Kami mendesak kepada Kapolsek Giri maupun Kapolresta Banyuwangi untuk tidak memproses hukum laporan dugaan pemerasan terhadap kontraktor tersebut dan mendesak LSM GMBI Distrik Banyuwangi dibubarkan karena disinyalir belum memilik Surat Keterangan Terdaftar (SKT) dari Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Bakesbangpol) Banyuwangi,” tegas Helmi.
Sementara Margitio, salah seorang terlapor menyatakan awalnya dia ditelepon oleh kontraktor berinisial MA untuk diajak pertemuan di salah satu cafe. Di situ ada anggota GMBI yang langsung menuduhnya memeras kontraktor tersebut. Bahkan sempat terjadi perdebatan karena kedua pihak berbicara dengan nada tinggi.
”Padahal dalam pertemuan tidak meminta uang seperser pun namun di sana yang bersangkutan (MA) menaruh amplop di meja yang telah disiapkan.Alhamdulillah saya bersama Teguh tidak mau menerima amplop tersebut. Kami merasa tidak enak dan sadar bahwa itu untuk menyuap supaya tidak memberitakan pengerjaan proyek yang diduga tidak sesuai spesifikasi dan telah jatuh tempo,” terang Margito...