Tips Lawan Calon Petahana di Pilkada : Satukan Dunia Langit dan Darat
08 - Mar - 2020, 09:22
Pilkada Kabupaten Malang 2020, mulai beriak dengan telah ditetapkannya pasangan Sanusi-Didik Gatot Subroto dari PDI Perjuangan.
Manuver politik pun mulai menggelinding, walau masih terkesan samar.
Hal ini terlihat dengan masih menunggunya beberapa partai politik untuk menetapkan para bakal calonnya yang telah mendaftar atau melalui mekanisme internal, seperti dilakukan PKB.
Sikap saling menunggu dan mengintai itu, didasarkan juga pada tingkat elektabilitas para bakal calon yang akan berlaga pada nantinya.
Dimana, menurut peneliti dari UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Mahatva Yoga Adi Pradana, nama-nama kandidat Bupati Malang di Pilkada 2020 masih di bawah 50 persen.
Walau begitu, calon petahana Sanusi dari PDI Perjuangan masih tetap unggul di berbagai survei yang beredar di masyarakat.
Elektabilitasnya masih nomor satu sampai saat ini.
Walau dimaklumi, politik itu sangat cair dan tak terprediksi.
Elektabilitas calon petahana dalam pilkada, kerap menjadi momok bagi para kandidat lainnya dalam berkontestasi.
Tips untuk mengalahkan calon petahana pun menjadi hal menarik dicari. Baik melalui berbagai analisa pakar politik, lembaga survei, hingga pernyataan dari kepala daerah yang sempat berhadapan dengan calon petahana.
"Antara dunia langit dan dunia darat harus dijadikan satu dulu. Kalau dunia langit bagus, tapi dunia darat becek ya tidak bisa maju. Kalau kata dukun bagus, daratnya jelek, ya tidak bisa juga,” ucap Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, berseloroh, seperti dikutip beritajatim.com, Minggu (8/3/2020).
Tips dari Anas ini disampaikan dalam diskusi tentang pemilihan kepala daerah di Gedung Sutardjo, Universitas Jember, Kabupaten Jember, Jawa Timur, Sabtu (7/3/2020) kemarin.
Sosok Anas Melalui beberapa strategi dan dukungan berbagai pihak, Anas pun berhasil menjadi pemenangnya.
Beberapa tips melawan calon petahana, walau secara umum menjadi hal yang memang wajib dilakukan oleh para kandidat yang akan berkontestasi di pilkada, cukup menarik untuk disimak.
Termasuk juga bisa dijadikan bahan bagi siapapun yang akan berlaga di pilkada 2020, tak terkecuali di Kabupaten Malang.
Anas menceritakan, untuk menghadapi pertempuran, dirinya selama dua tahun melakukan proses.
Yakni blusukan diberbagai wilayah perdesaan. Dirinya juga menyampaikan, sampai tidur di kampung-kampung untuk memperkenalkan diri dan visi misinya.
Tak hanya itu, Anas juga 'taat' atas masukan lembaga survei yang jadi konsultan.
Dimana dirinya sempat diberi masukan, bila dalam proses meningkatkan elektabilitas di masyarakat selama dua hingga tiga bulan, tak mendongkrak popularitasnya.
"Maka saya disarankan untuk tak melanjutkan (pencalonan, red). Tapi kalau ada kenaikan popularitas lanjut," ujarnya.
Dukungan para kiai, waktu itu, lanjutnya, tak membuat Anas berleha-leha...