Duh, Pasutri Renta dan Buta Tinggal di Gubuk Reot, Makan Nunggu Belas Kasih Warga
Reporter
Agus Salam
Editor
Yunan Helmy
08 - Mar - 2019, 04:01
Cukup sudah penderitaan yang dialami pasangan suami istri (pasutri) Sakri (70) dengan Armani (66). Selain tidak memiliki keturunan (anak), pasutri yang beralamat di Jalan KH Ahmad Dahlan, RT 5 RW 16 Kelurahan Kebonsari Kulon, Kecamatan Kanigaran, Kota Probolinggo, itu tinggal di gubuk reot.
Itu pun bukan rumah sendiri, melainkan milik Ketua RT 5 Rasuli alias numpang. Parahnya, lelaki dan perempuan renta tersebut tidak bisa melihat alias buta.
Di rumah kecil berukuan 4 kali 6 meter tersebut, keduanya menghabiskan waktunya sambil menunggu belas asih warga setempat. Mengingat, mereka tidak bisa kerja dengan alasan kondisi yang tidak memungkinkan.
Saat ditemui, Kamis (7/3) siang, Sakri tengah leyean alias tidur-tiduran di serambi atau teras rumahnya. Mendengar suara wartawan yang memberi salam, ia bangun dan mengaku penglihatannya terganggu. Sedangkan Armani berada di dalam rumah. Ia keluar setelah dipanggil suaminya dengan alat bantu tongkat kayu.
Wartawan yang mewawancarai terpaksa harus mengeraskan suaranya. Sebab, keduanya mengaku pendengarannya sudah tidak normal lagi.
Saat wartawan masuk ke rumahnya, kondisinya berantakan. Tidak ada air, apalagi sumur atau pompa dan kamar mandi. Bahkan, kompor atau tungku untuk memasak tak kelihatan. Tak hanya memasak. Baju yang dikenakan dan kain yang berserakan tidak dicuci karena tidak ada air.
Rumah dan isinya tak dirawat dan tampak kotor seperti kandang kambing. Meski begitu pasutri yang rambutnya memutih tersebut betah tinggal di gubuk reot dan bocor jika hujan deras itu.
Kondisi ekonomi dan tempat tinggal seperti itu tak membuat Sakri dan Armani tidak kerasan. Bahkan Sakri menolak saat ditawari tinggal di panti Jompo. “Apa? saya tidak mau tinggal di panti jompo,” katanya dengan nada keras.
Ia kepingin bebas, kendati untuk makan menunggu pemberian orang. Namun Sakri mengatakan, tidak pernah meminta-minta dan menunggu bantuan tetangga,. Ia makan dari hasil jerih payahnya bekerja. Saat ditanya bekerja apa, Sakri tidak menjawab dan hanya melihat dengan tatapan kosong.
Slamet Hariyanto, ketua RT 6 sekaligus plt ketua RW 16, membenarkan kalau lahan yang ditempati Sakri dan Armani itu milik Rasuli, ketua RT 5. Hanya, rumahnya dibangun hasil swadaya warga setempat 8 tahun silam. Rumah tersebut tidak bisa direhab dengan biaya pemkot mengingat lahannya bukan milik Sakri.
“Sudah diusulkan ke program RTLH. Sudah didatangi, tapi ditolak karena tanahnya milik Pak Ketua RT 5,” ucapnya.

Tak hanya pemkot yang peduli. Komunitas peduli lansia juga pernah datang. Namun, niat baik untuk membawa Sakri dan istrinya ke panti jompo ditolak.
Warga berharap keduanya dirawat di panti jompo. Sebab, tingkah laku Sakri terkadang meresahkan warga setempat...