Masjid Agung Kota Blitar, Saksi Bisu Peradaban Islam dari Masa ke Masa

29 - Jan - 2019, 11:52

Masjid Agung Kota Blitar (nampak depan).(Foto : Team BlitarTIMES)


Masjid Agung Kota Blitar merupakan sebuah bangunan kuno penyimpan sejarah panjang syiar Islam dan perkembangan masyarakat Kota Blitar. Secara administratif saat ini masjid ini terletak di pusat Kota Blitar, tepatnya di sebelah barat Alun-alun Kota Blitar.

Untuk mengungkap sejarah berdirinya Masjid Agung Kota Blitar, BLITARTIMES berhasil menemui salah seorang penjaga kantor Yayasan Masjid Agung Kota Blitar, Izul (28). Dari data dan berbagai sumber yang diperoleh, menurut sejarah, dulunya sebutan Kabupaten Blitar masih bernama Kabupaten Srengat. Pada waktu itu yang bertindak sebagai penghulu atau hakim agama Kabupaten Srengat adalah KY.R. Mohammad Kasiman.

Setelah nama Kabupaten Srengat berubah menjadi Kabupaten Blitar pada tahun 1820, yang menjadi penghulu pertamanya ialah KY.R. Imam Besari, di sana pula awal mula peletakan batu pertama Masjid Agung Blitar. Awalnya, bangunan masjid ini terdiri dari bangunan gebyog dan beratap sirap (dinding dana tap terbuat dari kayu jati) dan berdiri kokoh di sisi utara jembatan kali Lahar Kelurahan Pakunden, Kecamatan Sukorejo, Kota Blitar.

“Memang jarang yang tau sejarahnya masjid ini, menurut sejarah memang awalnya berada di wilayah pakunden. Namun karena berbagai pertimbangan mungkin ya, akhirnya dipindahkan kesini ini,” ungkap Izul kepada BlitarTimes, Selasa (29/01/2018)

Meski berbentuk sederhana dan berbahan dasar kayu jati, masjid ini mampu bertahan cukup lama menghadapi berbagai bencana alam yang menimpa. Letaknya yang berada di pinggiran kali lahar memang membuat masjid tersebut rentan terjangan banjir lahar dingin dari Gunung Kelud. Tercatat tiga kali lahar dingin menerjang masjid tersebut yaitu pada 1826, 1835 dan 1848.

Pada terjangan banjir yang ke tiga, tepatnya 1848, masjid mengalami kerusakan yang cukup parah. Bencana yang disebabkan meletusnya Gunung Kelud tersebut tidak hanya merusak masjid tetapi juga mempengaruhi pemikiran tentang kelayakan Srengat sebagai ibukota Blitar. Karena banjir lahar yang kerap terjadi membuat jalannya pemerintahan terganggu. Apalagi kemudian, banjir juga menghantam rumah kediaman bupati.

“Menurut para sesepuh Ta’mir Masjid Agung ini, dulunya masih di wilayah Pakunden, mungkin karena dulunya sana sering dilewati banjir lahar dingin Gunung Kelud akhirnya dipindahkan,” terang Izul.

Akhirnya, pasca bencana tahun itu, pusat pemerintahan Kabupaten Blitar, dan juga Masjid Agung, dipindahkan ke tempat sekarang ini. Saat itu, Bupati Blitar dijabat oleh Raden Mas Aryo Ronggo Hadinegoro, sedang yang menjabat sebagai penghulu dan merangkap ketua masjid yaitu KY.R. Kamaludin, keturunan dari KY.R. Kasiman, penghulu Kabupaten Srengat, yang menggantikan Penghulu III KY.R. Kasan Soehodo yang diangkat sejak tanggal 31 Maret 1946 hingga tahun 1848.

Ketika itu, bupati menunjuk tanah bagian timur sebagai Bumi Kanjengan (Batas sebelah barat  Jl. Masjid, sebelah timur Sungai Urung – Urung, sebelah selatan Jl...

Baca Selengkapnya


Topik

Agama, blitar berita-blitar,



Jawa Timur merupakan salah satu provinsi dengan pertumbuhan ekonomi yang cukup pesat di Indonesia. Sektor industri, perdagangan, dan pariwisata menjadi pilar utama perekonomian Jatim. Pembangunan infrastruktur juga terus dilakukan untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

cara menyimpan tomat
memilih model baju kerja wanita
harga gabah shio 2025
Cincin anniversary bukan sekadar perhiasan - ia adalah simbol yang menceritakan perjalanan cinta yang telah dilalui bersama. Mari kita dalami bagaimana Tips Memilih Wedding Anniversary Ring yang tepat untuk moment spesial Anda.

cara simpan tomat
Tips Memilih Bralette