JATIMTIMES - Pendapa Agung Kabupaten Malang menjadi titik bersejarah lahirnya gelombang baru reformasi suporter sepak bola Indonesia. Di tempat inilah akademisi, guru, praktisi pendidikan, tokoh agama, tokoh masyarakat, hingga perwakilan berbagai kelompok suporter duduk satu forum dalam Seminar Nasional bertajuk Revolusi Mental Suporter dari Kurikulum Dini Hingga Sinergi Ekonomi Berkelanjutan.
Seminar yang digagas kolaborasi elemen mahasiswa bersama suporter ini tidak berhenti pada diskusi lokal. Gagasan yang muncul langsung mendapat atensi, bahkan lampu hijau dari PSSI serta pemerintah pusat.
Baca Juga : Khutbah Jumat 28 November 2025: Bencana Alam Harusnya Jadi Peringatan
Wakil Ketua Umum II PSSI periode 2023–2027, Ratu Tisha, hadir secara virtual dan menyampaikan penghargaan tinggi atas inisiatif yang lahir dari Malang. Ia menilai langkah ini menunjukkan wajah baru suporter Indonesia yang semakin dewasa dan berperan aktif dalam pembangunan sepak bola nasional.
“Kegiatan positif dari suporter Malang ini menunjukkan bahwa suporter bukan hanya pendukung klub saat bermain di lapangan, namun juga peduli terhadap perkembangan sepak bola tanah air," ujar Ratu Tisha.
Ia pun berharap hasil pertemuan ini dapat menjadi rujukan nasional. “Kami apresiasi dan semoga gagasan-gagasan baru dari diskusi ini bisa bermanfaat bagi suporter Indonesia ke depan,” tambahnya.
Dukungan kuat juga diberikan Kementerian Pemuda dan Olahraga. Asisten Deputi Olahraga Profesional Kemenpora, Dr Yusup Suparman menilai forum ini menjadi ruang penting untuk membangun ekosistem olahraga yang sehat, produktif, dan jauh dari budaya destruktif.
“Kami apresiasi kegiatan di Malang ini. Semoga ekosistem ini memberi dampak positif bagi kebijakan kami dan memberikan kontribusi serta usulan yang akan kami akomodir untuk kemajuan suporter ke depan,” ungkap Yusup.
Pernyataan tersebut menjadi sinyal bahwa berbagai rekomendasi seminar, termasuk konsep kurikulum dan subsidi, memiliki peluang besar diadopsi pemerintah.
Sementara itu, Koordinator BEM Malang Raya, Moh Fauzi, menegaskan urgensi pembinaan suporter sejak dini. Ia mengusulkan agar materi karakter suporter dan sportivitas dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum Kemendikbudristek.
"Kami merekomendasikan kepada Kemendikbudristek agar materi 'Karakter Suporter dan Sportivitas' dimasukkan secara resmi ke dalam kurikulum pendidikan, baik melalui program yang telah ada berbasis karakter Pancasila atau ekstrakurikuler wajib PJOK. Kami ingin Malang menjadi pilot project nasional di mana etika suporter diajarkan dari bangku SD," tegas Fauzi.
Ia menambahkan bahwa peran guru olahraga sebagai mentor utama menjadi kunci keberhasilan. “Siswa tidak hanya diajari menendang bola, tapi juga diajari bagaimana menjadi penonton yang menghargai lawan dan menerima kekalahan,” lanjutnya.
Baca Juga : Pemeliharaan Berkala, Dinas PUPR Perbaiki Jalan Ngunggahan Bandung dengan Konstruksi Hotmix
Di sisi lain, Ketua Panitia Pelaksana dari unsur Aremania, Telly Hardadi, membawa perspektif ekonomi dalam pembenahan kultur suporter. Ia menawarkan konsep Suporter Bermartabat sama dengan Suporter Untung yang dinilai lebih solutif dibanding pendekatan sanksi yang selama ini dominan.
"Selama ini narasi yang dibangun selalu soal sanksi. Kami merekomendasikan agar uang denda disiplin klub dialihkan menjadi dana subsidi tiket bagi suporter yang berkelakuan baik dan terdata resmi (Single ID)," ujar Telly.
Dengan hadirnya PSSI dan Kemenpora, ia optimistis terobosan ini dapat dijalankan sebagai skema ekonomi berkelanjutan.
“Jika suporter tertib, klub hemat biaya denda. Penghematan itu dikembalikan ke suporter sebagai diskon tiket. Ini win-win solution,” jelasnya.