JATIMTIMES - Memasuki hari kedua Sekolah Rakyat di Kota Malang, para siswa tampak betah menjalani kehidupan layaknya di asrama. Fasilitas yang disuguhkan yang bikin mereka betah di asrama.
Seperti halnya Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 22 Kota Malang yang berada di Jalan Kawi. Kepala Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 22 Kota Malang Rahmah Dwi Nor Wita Imtikanah mengatakan, hari kedua ini masih dalam Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) yang menitikberatkan pendidikan karakter.
Baca Juga : MPLS Diperpanjang, Disdikbud Kota Malang Pastikan Ramah Anak
Seluruh aktivitas dimulai pada pukul 04.00 WIB. Setelah bangun pagi, para siswa mendapatkan pembinaan keagamaan sesuai agama masing-masing. Dilanjutkan dengan senam dan mandi sebelum dimulainya pembelajaran.
"Hari kedua MPLS, mereka mendapatkan pengenalan wiyata mandala. Pengenalan guru dan kurikulum baru kami lakukan hari ini,” ucap Wita, saat ditemui di ruang kerjanya.
Pihak sekolah mengawali kegiatan dengan pembelajaran kemandirian. Kemudian melatih aspek kepemimpinan, agar para siswa mampu hidup bersama di asrama.
“Mereka didampingi para tenaga pendidik selama pembelajaran. Karena di sini, pendidik tidak hanya mengajar, tapi memiliki kewajiban sosial untuk menumbuhkan empati,” kata Wita.
Sekolah yang dinaungi Pemprov Jatim itu menerima siswa baru sebanyak 75 siswa dibagi dalam tiga rombel (rombongan belajar). Sejak tinggal di asrama pada MPLS hari pertama, para siswa dipastikan sudah mulai betah.
Terlebih fasilitas yang disediakan, mulai dari tempat tidur yang nyaman dan lengkap. “Karena fasilitas yang disediakan lengkap. Saya juga sempat melakukan visitasi, banyak dari mereka yang tinggal di rumah sempit dengan segala keterbatasan,” imbuh Wita, Selasa (15/7/2025).
Sedangkan kurikulum Sekolah Rakyat bukan sekadar berbasis boarding school. Tapi berfokus mengedepankan empati, menumbuhkan cinta dan kecakapan hidup yang baik.
"Kami membuat anak-anak senyaman mungkin berada di sini, merasa bahwa guru di sini adalah orang tua kedua mereka. Kami ajarkan saling merangkul, serta kami memberikan kasih sayang untuk memenuhi lumbung cintanya,” tegas mantan guru SMAN 5 Kota Kota Malang itu.
Baca Juga : Optimistis Produksi Gula Jatim Tahun Ini Capai 1,4 Juta Ton, Wagub Emil: Butuh Kerja Keras
Di sisi lain, orang tua yang ingin menjenguk anaknya pun diberi waktu tersendiri pada jam 15.30 sampai 17.00 WIB. Hanya, pihak sekolah menyarankan dilakukan pada akhir pekan.
“Kamu menyarankan di hari Sabtu karena hanya ada ekstrakulikuler dan Minggu free. Jadi hari ini yang kita sarankan agar tidak terganggu,” ujar Wita.
Terpisah Kepala Sekolah Rakyat Menengah Pertama (SRMP) 16 Kota Malang Rida Afrilyasanti menjelaskan, selama dua bulan pertama, para siswa akan menjalani masa adaptasi dengan kehidupan berasrama. Pembelajaran lebih berfokus pada matrikulasi.
“Sejak MPLS, mereka dilarang membawa HP supaya lebih fokus belajar. Para siswa akan belajar kemandirian, seperti pembiasaan bangun pagi hingga menata kasur sendiri,” kata Rida.
Sedangkan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kota Malang Suwarjana menambahkan, para siswa akan didampingi wali asuh yang mengawasi dan mendampingi para siswa di asrama. Pengenalan terhadap guru, wali asuh dan wali asrama serta kegiatan pembelajaran yang akan dijalani dilakukan sejak awal MPLS.
“Saat ini anak-anak mengikuti MPLS untuk pengenalan lingkungan sekolah baru. Supaya anak-anak paham tentang sekolah itu,” ujar dia.