JATIMTIMES - Berapa lama manusia hidup di dunia? Pertanyaan ini mungkin terkesan sederhana. Namun dalam Islam, jawaban atas pertanyaan tersebut tidak hanya berkaitan dengan angka, melainkan juga dengan makna, tanggung jawab, dan waktu untuk bertobat.
Berbeda dengan umat terdahulu yang dikenal berusia panjang, umat Nabi Muhammad SAW justru memiliki rentang usia yang lebih pendek. Namun, usia yang lebih singkat ini justru sarat dengan makna spiritual yang sangat mendalam dan hal itu ditegaskan langsung melalui berbagai dalil Al-Qur'an dan hadis Nabi.
Dalam banyak riwayat, Rasulullah SAW dengan jelas menyebut bahwa usia umat beliau berkisar antara 60 hingga 70 tahun. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Muhammad ibn al-Musayyab ibn Ishaq, Rasulullah bersabda:
"Usia umatku berkisar antara 60 hingga 70 tahun. Sedikit sekali di antara mereka yang melebihi usia tersebut."
Hadis ini bukan sekadar informasi, melainkan juga peringatan bahwa waktu yang diberikan Allah kepada umat Nabi Muhammad sangat terbatas. Maka, setiap detik dari usia tersebut menjadi sangat berharga untuk digunakan dalam amal dan taat kepada-Nya.
Dalam hadis lain, Rasulullah bersabda:
"Barangsiapa yang diberikan usia 60 tahun oleh Allah, maka Allah tidak lagi menerima alasan-alasannya."
Hadis ini mengandung pesan tajam: Allah tidak membenarkan lagi berbagai uzur atau alasan dari seseorang yang telah diberi usia panjang, namun tetap menyia-nyiakannya dalam kelalaian. Jika di akhir hayat seseorang masih beralasan, “Andai aku diberi umur lebih panjang, niscaya aku akan berbuat baik,” maka alasan tersebut tidak akan diterima lagi.
Dalil tentang pentingnya memanfaatkan usia juga ditegaskan dalam Surah Fatir ayat 37. Ayat ini menggambarkan penyesalan para penghuni neraka yang dulu menyia-nyiakan usia mereka di dunia:
"Dan mereka berteriak di dalam neraka itu: 'Ya Tuhan kami, keluarkanlah kami, niscaya kami akan mengerjakan amal yang saleh berlainan dengan yang telah kami kerjakan'. Dan apakah Kami tidak memanjangkan umurmu dalam masa yang cukup untuk berpikir bagi orang yang mau berpikir, dan (apakah tidak) datang kepada kamu pemberi peringatan? Maka rasakanlah (azab Kami) dan tidak ada bagi orang-orang yang zalim seorang penolongpun." (QS. Fatir: 37)
Ayat ini menegaskan bahwa Allah telah memberikan umur yang cukup panjang sebagai sarana untuk berpikir, introspeksi, dan berbenah diri. Ketika seseorang sudah sampai pada usia 60 tahun, seharusnya tidak ada lagi kelalaian, apalagi pembangkangan. Jika tetap abai, maka azab dan penyesalan menjadi akhir yang menanti.
Rasulullah SAW juga bersabda tentang seruan yang akan terjadi pada hari kiamat: "Jika datang hari kiamat maka akan diseru, 'Di manakah orang-orang yang berusia 60 tahun?'"
Baca Juga : Luqman Al Hakim, Sosok Ahli Hikmah yang Nasihatnya Diabadikan dalam Al-Quran
Seruan ini bukan tanpa maksud. Usia 60 tahun dianggap sebagai batas penentu: apakah seseorang memanfaatkan hidupnya untuk kebaikan atau justru tenggelam dalam kelalaian. Ini adalah usia “cukup matang” di mana akal, ilmu, dan pengalaman seharusnya bersatu untuk membawa manusia lebih dekat kepada Tuhannya.
Banyak ulama besar dan ahli hadis menegaskan makna dari hadis-hadis tentang usia ini. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
"Allah tidak lagi menerima alasan dan uzur seorang hamba yang usianya telah dipanjangkan-Nya hingga 60 atau 70 tahun; sungguh Allah tidak lagi menerima uzurnya."
Demikian pula Abu Hazm meriwayatkan bahwa Rasulullah bersabda: "Barangsiapa yang dikaruniai Allah usia 60 tahun maka sesungguhnya Allah telah menutup untuknya pintu alasan."
Hadis-hadis ini memperkuat bahwa usia 60 tahun bukan sekadar angka biologis, melainkan batas psikologis dan spiritual. Ketika manusia mencapai usia tersebut, ia diingatkan bahwa dirinya tidak lagi punya ruang untuk menunda amal saleh.
Jika dibandingkan dengan umat terdahulu seperti Nabi Nuh yang hidup hingga lebih dari 1.600 tahun, usia umat Nabi Muhammad SAW memang tampak singkat. Tapi justru di sanalah letak keistimewaannya. Dalam waktu yang lebih ringkas, umat Islam dituntut untuk hidup lebih bermakna dan produktif secara spiritual.
Pendeknya usia bukan alasan untuk lemah. Bahkan dalam hadis lain, Rasulullah SAW menyebut bahwa amal seseorang bisa dilipatgandakan melebihi umat terdahulu karena keikhlasan dan kualitasnya, bukan karena panjangnya umur.