JATIMTIMES - Penyebab kematian turis asal Brasil Juliana Marins yang terjatuh di Gunung Rinjani akhirnya terungkap setelah mayatnya diautopsi. Autopsi jenazah Juliana dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bali Mandara.
Jika umumnya orang yang meninggal saat mendaki karena hipotermia, rupanya kasus Juliana Marins ini cukup berbeda. Sebab, ia ternyata bukan meninggal karena hipotermia, melainkan karena luka-luka yang dialami korban saat terjatuh. Diketahui, Juliana dilaporkan terjatuh ke jurang pada Sabtu (21/6/2025).
Baca Juga : 105 Anak dari Tiga Daerah Dikhitan Gratis, Diawasi Dokter Spesial selama Perawatan
Dokter Ida Bagus Putu Alit, DMF. Sp.F selaku dokter forensik RSUD Bali Mandara yang menangani jenazah korban mengatakan usai jenazah tiba, langsung dilakukan pemeriksaan luar dan autopsi pada Kamis 26 Juni 2025 pada pukul 22.00 Wita.
Dari hasil autopsi, Alit menyebut korban mengalami luka parah akibat benturan keras di beberapa bagian tubuh.
"Kami dapat menyimpulkan sebab kematian karena kekerasan tumpul yang menyebabkan kerusakan pada organ-organ dalam dan pendarahan," jelasnya, dikutip dari detikBali, Jumat (27/6/2025).
Alit menuturkan, tulang belakang, dada bagian belakang, punggung, dan paha korban mengalami patah. Kondisi itu menyebabkan kerusakan organ hingga pendarahan hebat.
"Kami tidak menemukan tanda bahwa korban itu meninggal dalam jangka waktu lama. Jadi kita perkiraan paling lama 20 menit," kata Alit.
Ia menekankan, meskipun kesimpulan sementara mengarah ke kekerasan tumpul sebagai penyebab kematian, autopsi belum sepenuhnya lengkap. Karena pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan toksikologi.
Baca Juga : Syekh Ibrahim Asmarakandi: Ulama Samarkand, Bapak Dakwah Gisik, Ayah Sunan Ampel
Alit juga menegaskan bahwa saat diperiksa, kondisi jenazah masih utuh. Tanda-tanda lebam dan kekakuan tubuh menunjukkan kematian terjadi 12–24 jam sebelum autopsi dilakukan, sesuai dengan standar forensik mayat yang telah dibekukan.
Juliana Marins dilaporkan terjatuh ke jurang saat mendaki puncak Gunung Rinjani melalui jalur Sembalun, Sabtu (21/6/2025). Lokasi jatuhnya berada di kawasan Cemara Tunggal.
Proses pencarian sempat terkendala cuaca ekstrem dan kabut tebal. Pada Senin (23/6), tim SAR mendeteksi keberadaan Juliana di kedalaman sekitar 500 meter dari titik awal jatuh. Namun, evakuasi terhambat kondisi medan yang terjal.
Juliana akhirnya ditemukan dalam kondisi tak bernyawa pada Selasa (24/6) di kedalaman 600 meter dari titik Lost Known Position (LKP). Keluarga Juliana kemudian meminta proses autopsi untuk mengetahui waktu kematiannya.