JATIMTIMES - Aceh memiliki sejarah panjang dalam peradaban Nusantara, dan salah satu jejak tertuanya adalah Kerajaan Lamuri. Terletak di wilayah Aceh Besar, kerajaan ini diyakini sebagai kerajaan Hindu pertama di Aceh sebelum akhirnya bertransformasi menjadi kerajaan Islam dan menjadi cikal bakal berdirinya Kesultanan Aceh Darussalam di Gampong Pande, Banda Aceh.
Sejarah Kerajaan Lamuri semakin terkuak setelah tim peneliti dari Aceh dan Malaysia melakukan penggalian di situsnya yang berada di Bukit Lamreh, Kecamatan Mesjid Raya, Kabupaten Aceh Besar. Dalam penelitian yang berlangsung selama 13 hari, ditemukan berbagai artefak berusia ratusan tahun, termasuk pecahan keramik dan tembikar.
Baca Juga : Menyusuri Historiografi Perang Demak-Majapahit: Duel Sunan Ngudung dan Andayaningrat
"Dari hasil analisis, artefak tersebut telah berumur lebih kurang 700 tahun," ujar Arkeolog Aceh sekaligus Ketua Tim Ekskavasi, Dr. Husaini Ibrahim, dikutip Senin (10/3/2025).
Salah satu temuan yang cukup menarik adalah sebuah mangkuk keramik yang ditemukan dalam kondisi utuh. Mangkuk tersebut berada di kedalaman sekitar 50 sentimeter dan ditemukan dalam posisi terbalik.
"Dari hasil analisis diketahui keramik ini diproduksi dari Vietnam pada abad ke-14 dan 15 Masehi. Keramik Vietnam, keramik China yang diproduksi pada masa Dinasti Song Selatan dan Yuan abad ke-13 Masehi juga dijumpai ketika penggalian. Selain itu juga ada tembikar dari Asia Selatan yang diduga berasal dari periode yang sama," jelas Husaini.
Baca Juga : Sejarah Takjil di Indonesia, Istilah yang Sangat Populer Saat Bulan Ramadan Tiba
Para sejarawan meyakini bahwa Kerajaan Lamuri merupakan kerajaan tertua di Aceh. Dalam seminar bertajuk "Mewujudkan Lamuri sebagai Situs Cagar Budaya", Pengarah Pusat Penyelidikan Arkeologi Global USM Malaysia, Prof. Dr. Dato' Mukhtar bin Saidin, mengungkapkan bahwa nisan tertua yang ditemukan di wilayah Lamuri berasal dari tahun 1007 Masehi.
"Ini dua tahun lebih tua daripada kerajaan Islam pertama yaitu Kerajaan Pasee," ungkap Mukhtar.
Letaknya yang strategis membuat Kerajaan Lamuri berkembang pesat sebagai pusat perdagangan. Berada di bawah perbukitan dengan akses langsung ke laut, kerajaan ini menjadi pelabuhan utama yang disinggahi oleh kapal-kapal dagang dari berbagai penjuru dunia. Tak heran jika Lamuri menjadi pusat perputaran uang antar bangsa pada masa itu.
Sejarah mencatat bahwa Kerajaan Lamuri awalnya beragama Hindu sebelum akhirnya mengalami peralihan ke Islam. Bukti perubahan ini terlihat dari beberapa batu nisan yang ditemukan di situs tersebut. Pahatan yang ada pada batu nisan menunjukkan adanya evolusi budaya dari Hindu ke Islam.
"Hal ini memperkuat dugaan bahwa Islam masuk ke Aceh bukan secara paksa, tapi melalui perdagangan," jelas Mukhtar.
Selain itu, batu nisan di situs Lamuri memiliki ciri khas tersendiri yang tidak ditemukan di tempat lain. Setiap pahatan di batu nisan menunjukkan status dan jabatan seseorang dalam struktur kerajaan.
"Batu nisan di sana juga khas dan satu-satunya di dunia," tambah Mukhtar.
Kerajaan Lamuri diperkirakan telah ada jauh sebelum abad ke-13. Bukti sejarah menunjukkan bahwa beberapa tokoh besar dunia seperti Laksamana Cheng Ho, Marco Polo, dan penjelajah lainnya pernah singgah di kerajaan ini.
"Cheng Ho pernah singgah di Lamuri sebanyak tujuh kali. Marcopolo juga pernah menyebut tentang Lamuri," kata Husaini.
Keberadaan Kerajaan Lamuri juga diperkuat dengan adanya sejumlah benteng peninggalan yang menjadi cikal bakal lahirnya konsep Aceh Lhee Sagoe (tiga wilayah utama dalam pemerintahan Aceh). Benteng-benteng tersebut antara lain Benteng Indrapatra, Indrapurwa, dan Indrapuri.
Hasil ekskavasi semakin memperkuat dugaan bahwa Kerajaan Lamuri telah menjalin hubungan perdagangan internasional sejak abad ke-13 hingga 15 Masehi. Artefak berupa pecahan keramik dari Cina, Vietnam, Thailand, India, dan kawasan Jazirah Arab ditemukan tersebar di wilayah Bukit Lamreh.
"Situs ini tidak hanya sebagai bukti sejarah semata, tapi juga sebagai jati diri bangsa. Ini menunjukkan bahwa Aceh telah menjalin hubungan baik dengan berbagai negara luar sejak seribu tahun terakhir," pungkas Husaini.