JATIMTIMES - Trauma suspensi menjadi ancaman serius bagi pekerja konstruksi yang bekerja di ketinggian. Kondisi ini terjadi ketika seseorang tergantung dalam waktu lama menggunakan Full Body Harness (FBH), menyebabkan tekanan tinggi pada bagian tubuh yang terjepit. Akibatnya, aliran darah terhambat, yang dapat berujung pada penurunan curah jantung, kehilangan kesadaran, bahkan kematian.
Menjawab tantangan ini, lima mahasiswa Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Brawijaya (UB) memperkenalkan inovasi Safety Harness Anti-Suspension Trauma (SANST). Mereka adalah Wildan Putra Yuniartha, Muhammad Imron Rosyadi, Fadhel Bima Nabaalah, Khansa Nayottama, dan Elifes Ziliwu. Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ing. Setyawan Purnomo Sakti, M.Eng., mereka mengembangkan SANST sebagai solusi perlindungan diri yang lebih aman bagi pekerja konstruksi. Proyek ini mendapat dukungan dari Kemendikbud Ristek dan UB melalui Program Kreativitas Mahasiswa bidang Karsa Cipta tahun 2024.
Baca Juga : Sambangii Bocah Korban Pencabulan Anak Sesama Jenis, Kapolresta Malang Kota Berikan Pendampingan
SANST mengintegrasikan FBH dengan teknologi airbag dan perangkat terapi Electric Muscle Stimulation (EMS). Airbag dirancang untuk mengurangi tekanan pada tubuh yang tergantung, sehingga aliran darah tetap lancar. EMS menjaga aktivitas otot, terutama otot ekstremitas bawah, agar fungsi pompa darah ke jantung tetap optimal.
"Meski jadi alat pelindung utama, FBH tetap punya resiko seperti trauma suspensi kerika pengguna terlalu lama tergantung. Dari sinilah kemudian FBH dimodifikasi sedemikian rupa untuk meminimalkan risiko ini," paparnya.
Fadhel menambahkan, bahwa rancangan prototipe FBH ini menggabungkan airbag dan EMS. Aktivasi keduanya bergantung pada respon tegangan dan regangan saat terjatuh, dengan bantuan load cell dan sensor strain gauge. "Begitu pengguna jatuh, airbag mengembang dalam waktu kurang dari satu detik dan EMS langsung aktif," tuturnya.
Prototipe ini telah dilakukan uji coba pada aplikasi panjat tebing diarea latihan panjat tebing
Dalam pengujian prototipe ini, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) IMPALA UB. Dalam uji coba, dua aspek jadi perhatian, yakni sistem aktivasi dan dampaknya pada pengguna.
Sistem aktivasi diuji untuk memastikan airbag dan EMS dapat berfungsi sesuai respon tegangan dan regangan. Sementara itu, pengujian dampak pengguna melibatkan simulasi gantung pada ketinggian 0,5–1 meter di atas tanah.
Baca Juga : Pemkab Banyuwagi Dorong Pengembangan Ekonomi Kreatif dengan Inovasi "Kelas Kreatif"
“Pengujian ini cukup ringan dan aman, dengan hasil yang memuaskan. Prototipe berhasil diaktifkan sesuai respon, dan kenyamanan pengguna selama tergantung meningkat, bahkan melebihi waktu kritis munculnya gejala trauma suspensi,” jelas Wildan.
Inovasi SANST diharapkan menjadi terobosan signifikan dalam perlindungan pekerja konstruksi, sekaligus membuka peluang pengembangan teknologi serupa di sektor lain yang berisiko tinggi.