JATIMTIMES - Adoptify, aplikasi inovatif hasil kolaborasi mahasiswa dari berbagai universitas di Indonesia menjadi jawaban atas permasalahan hewan terlantar yang marak terjadi. Dipimpin oleh Kaamil Nailal Muna, mahasiswa Fakultas Ilmu Administrasi angkatan 2021 dari Universitas Brawijaya (UB), tim ini menciptakan solusi digital yang menghubungkan adopsi hewan dengan komunitas pecinta binatang, sekaligus meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya perawatan hewan.
Adoptify awalnya hanya sebuah proyek akhir dari Bangkit Academy yang kemudian berkembang menjadi solusi nyata berkat pendanaan dari Google dan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Dikti).
Baca Juga : FE UIN Malang Tutup 2024 dengan Ratusan Prestasi Tingkat Nasional Hingga Internasional
Kaamil, yang merupakan Chief Executive Officer (CEO) Adoptify sekaligus mahasiswa Universitas Brawijaya (UB), menjelaskan bahwa proyek ini dirintis sejak Agustus 2023 melalui program Bangkit Academy, dilanjutkan dengan masa inkubasi hingga Agustus 2024.
Tim Adoptify terdiri dari tujuh anggota inti dan dua orang intern dari berbagai universitas di Indonesia. Anggota tim ini termasuk Kaamil (CEO), Alvita (CMO), dan Laudzak (CPO) dari UB; Maqila, Reihan, dan Zainul dari ITN Malang; serta Reza dari UNS. Adapun dua lainnya, Nami dan Lathifah sebagai Marketing and Partnership Intern juga berasal dari UB.
Ide pengembangan Adoptify berangkat dari keprihatinan terhadap tingginya kasus hewan terlantar, seperti penyiksaan atau pembuangan kucing dan anjing. Tim Kaamil memulai dengan riset ilmiah yang melibatkan lebih dari 150 responden di Jabodetabek dan Malang. Hasil survei menunjukkan bahwa 94 persen responden mengakui adanya masalah hewan terlantar di sekitar mereka, menegaskan urgensi untuk menciptakan solusi.
Fitur Utama Adoptify
1. Adopsi: Layanan ini menghubungkan pengguna dengan foster kucing dan anjing di Jabodetabek dan Malang. Proses adopsi dilakukan secara ketat dengan verifikasi data diri, pengisian formulir, dan penandatanganan surat perjanjian. Hal ini memastikan komitmen pengguna untuk merawat hewan secara bertanggung jawab.
2. Visual Pet Wellbeing: Fitur ini membantu pemilik hewan memantau kebutuhan peliharaan mereka, seperti pemberian makan, pemandian, pembersihan kandang, vaksinasi, hingga pencatatan riwayat medis. Aplikasi juga dilengkapi pengingat alarm untuk mendorong pengguna membuka aplikasi secara rutin.
Kini, aplikasi Adoptify sudah tersedia di Play Store dan siap digunakan oleh masyarakat yang membutuhkan layanan adopsi dan perawatan hewan. Meski membawa inovasi besar, perjalanan mengembangkan Adoptify tidaklah mudah.
Kaamil mengaku menghadapi banyak tantangan, baik dari sisi internal maupun eksternal. “Sebagai leader tim, saya harus menjaga stabilitas internal sebelum melanjutkan pekerjaan, karena tim yang tidak solid dapat menghambat progres,” ungkapnya.
Baca Juga : Hyper Strike, Umpan Ikan Ramah Lingkungan Inovasi Mahasiswa UB
Kaamil berharap Adoptify tidak hanya menjadi solusi bagi permasalahan hewan terlantar, tetapi juga meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya merawat hewan. “Semoga hewan-hewan terlantar bisa dirawat dengan lebih baik, komunitas pecinta hewan semakin bertambah, dan kesadaran masyarakat meningkat. Jika kita berbuat baik, hasilnya akan sangat baik,” tuturnya optimis.
Dengan keberhasilan Adoptify, Kaamil dan tim membuktikan bahwa inovasi dari mahasiswa lintas disiplin dapat membawa dampak positif yang signifikan, baik bagi hewan maupun masyarakat.