JATIMTIMES - Kabar duka menyelimuti dunia kesenian nasional, Ki Dalang Wayang Warseno Slank meninggal dunia di Rumah Sakit (RS) PKU Muhammadiyah Solo, pukul 04.30 WIB, Kamis (12/12). Diberitakan Antara, keponakan mendiang yang bernama Jatmiko menyebut Warseno meninggal dunia setelah menjalani perawatan selama beberapa hari karena penyakit jantung.
"Pak Slenk sudah tiga hari dirawat di PKU, ini jenazahnya sudah dibawa pulang ke rumah," kata Jatmiko.
Baca Juga : 7 Pengobatan Herbal Terbaik untuk Kolesterol Tinggi yang Ampuh
Dalang yang mempunyai nama lengkap DR. Ir, H Warsina, MSi itu meninggal usai serangan jantung dan sempat dirawat di RS PKU Muhammadiyah, Solo.
"Di rumah sakit dua hari, serangan jantung. Mboten enten (riwayat jantung), iya mendadak (serangan jantung) bar jagong teng Novotel (habis kondangan di Novotel)," jelasnya.
Jenazah adik kandung dalang Anom Suroto tersebut dijadwalkan dimakamkan di Astana Depokan, Juwiring, Klaten, Jawa Tengah, pada Kamis (12/12) siang. Almarhum meninggalkan seorang istri, Asih Purwaningtyas, dua anak yakni Briyan Pandhit dan Amar Pradopo, satu menantu, serta seorang cucu.
Sosok Dalang Warseno Slank
Semasa hidup, sosok atau profil dalang tersebut merupakan salah satu dalang senior yang sering mencuri perhatian publik. Ki Warseno Slenk yang memiliki nama lengkap Warseno Hardjodarsono lahir dan besar di Klaten, Jawa Tengah. Sejak usia muda, Warseno sudah belajar mendalang. Mengawali debutnya sebagai dalang ketika menginjak usia 16 tahun.
Mengutip dari wikipedia, kemampuannya itu berkat didikan orang tuanya, Ki Harjadarsana yang juga merupakan dalang terkenal di Kabupaten Klaten Jawa Tengah (tahun 1950-1975). Di samping itu ia pernah belajar pedalangan selama dua semester di STSI Surakarta. Gaya pakelirannya pada awalnya mengikuti gaya kakaknya, Ki Anom Suroto.
Namun berkat kreativitasnya, dia lantas menemukan ciri khas gaya pakelirannya yang komunikatif dan selalu dekat dengan kalangan muda yang cenderung hura-hura atau slengekan.
Warseno terkadang mengkolaborasikan berbagai musik etnis dan Barat dan banyak melakukan eksperimen kreatif dengan memadukan beberapa aliran musik seperti rock, punk, rap yang dipadukan dengan gamelan. Hasilnya adalah musik gamelan kolaboratif yang digandrungi kawula muda, wayang campursari.
Baca Juga : Solusi Efektif Pengobatan Tekanan Darah Rendah untuk Menjaga Kesehatan Jantungmu
Merasa dulunya dia yang memprakarsai pakeliran hura-hura dan kolaboratif yang memadukan berbagai alat musik barat dan etnik, pada akhirnya dia berketetapan mengembalikan pakeliran wayang pada proporsi sebagaimana aslinya.
Ketetapannya untuk back to basic didorong oleh ekses pendangkalan-pendangkalan estetika karena tidak disertai dengan suatu pencarian yang mendalam, hanya sekadar ikut-ikutan. Ki Warseno mendedikasikan segala kemampuan berkeseniannya untuk menegakkan moral sebagai makhluk Tuhan.
Hal ini diwujudkan tidak saja dalam berkesenian namun dia merasa pula bertanggungjawab menyeberluaskan pandangan berkeseniannya itu dengan mendirikan sebuah Stasiun Radio Suara Slank yang acaranya didominasi kesenian dan kebudayaan Jawa.
Di sela kepadatan jadwal mengajar dan mendalang, setiap malam Sabtu Legi Warseno mengadakan pementasan wayang kulit di rumahnya untuk mengenang hari kelahirannya dengan tajuk Setu Legen.
Ki Warseno Slenk menjadi dalang satu-satunya di Indonesia yang mengantongi gelar doktor setelah berhasil melalui ujian disertasi di Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo. Ki Warseno berhasil meraih gelar doktor setelah sebelumnya melakukan penelitian mengenai profesi dalang.