JATIMTIMES - Kisah tentang Kandang Menjangan, sebuah situs yang kini dikenal sebagai markas Kopassus Grup 2 di Kartasura, menyimpan cerita panjang yang menghubungkan masa kejayaan Kraton Kartasura, peralihan kekuasaan, hingga perjuangan para bangsawan dan penguasa kerajaan.
Dalam artikel ini, kita akan mengupas sejarah dan peristiwa penting yang melatarbelakangi pembentukan Kandang Menjangan, serta dampaknya terhadap peradaban di Jawa Tengah.
Kraton Kartasura dan Perpindahan ke Desa Sala
Baca Juga : Kakak-Adik Disetubuhi Pengasuhnya di Panti Singosari, Puluhan Anak Asuh Turut Jadi Korban Pelecehan
Pada tahun 1745, Kraton Kartasura yang merupakan pusat pemerintahan Kerajaan Mataram di Jawa Tengah harus meninggalkan jejaknya. Ketegangan internal dan serangan eksternal yang mengancam kelangsungan kerajaan menyebabkan keputusan drastis untuk memindahkan pusat kekuasaan. Susuhunan Pakubuwono II, yang kala itu berkuasa, memutuskan untuk memindahkan keraton ke desa Sala, sebuah lokasi yang lebih aman.
Perpindahan ini dikenal dengan sebutan Boyong Kedhaton, yang digelar pada Rabu Pahing 17 Suro 1670 (17 Februari 1745). Proses pemindahan ini berlangsung megah, diiringi oleh ratusan prajurit berkuda dan lima batalion yang menyaksikan perjalanan panjang sang raja beserta seluruh aset kerajaan. Sebuah kirab agung yang tidak hanya menjadi simbol perpindahan kerajaan, namun juga mengindikasikan perubahan besar dalam sejarah Mataram.
Setelah Kraton Kartasura ditinggalkan, situs ini perlahan-lahan terbengkalai. Hutan lebat menggantikan bangunan-bangunan megah yang dulu menjadi saksi bisu kejayaan kerajaan. Bahkan, berbagai jenis binatang liar mulai menguasai area tersebut, memberikan kesan bahwa Kerajaan Mataram yang dulu kuat kini hanyalah kenangan.
Pembenahan dan Pembentukan Kandang Menjangan
Tiga puluh enam tahun setelah perpindahan itu, tepatnya pada era pemerintahan Susuhunan Pakubuwono IV (1788-1820), perhatian terhadap situs Kraton Kartasura mulai diambil kembali. Pada tahun 1811, Pakubuwono IV memerintahkan pembenahan terhadap lokasi yang dulunya menjadi pusat kejayaan Mataram. Tugas ini diberikan kepada para pejabat kerajaan untuk membersihkan petilasan Kraton Kartasura dan memindahkan hewan-hewan liar yang telah menghuni area tersebut.
Hewan-hewan yang merusak bekas kraton tersebut kemudian dipindahkan ke wilayah yang terletak agak ke arah selatan, yang akhirnya dikenal dengan nama Kandang Menjangan. Nama ini merujuk pada tempat penangkaran rusa atau menjangan, yang sejak masa kerajaan digunakan sebagai tempat berburu para bangsawan. Sisa-sisa perburuan ini, serta koleksi rusa yang berkembang biak di area tersebut, menjadi bagian dari sejarah yang tak terpisahkan dengan Kandang Menjangan.
Dari Lahan Untung Suropati hingga Markas Kopassus
Kandang Menjangan bukan hanya sekadar tempat penangkaran rusa. Sejarah tempat ini juga mencatat peran Untung Suropati, seorang pahlawan dari Pasuruan yang berperang melawan VOC. Pada awal abad ke-17, wilayah sekitar Kandang Menjangan, yang dikenal dengan nama Kampung Babirong, menjadi tempat persembunyian dan pelatihan pasukan Untung Suropati. Suropati, yang berhasil menggempur pasukan VOC di bawah pimpinan Kapitan Francois Tack pada Februari 1686, menjadikan kawasan ini sebagai markas perlawanan.
Ketika kekuasaan Mataram beralih kepada Pakubuwono II dan ibu kota kerajaan berpindah ke Dusun Sala, kawasan ini berfungsi sebagai tempat pesanggrahan dan bahkan memiliki kolam “segaran” yang digunakan untuk berburu. Keberadaan grogolan atau perangkap hewan semakin menegaskan bahwa Kandang Menjangan memang sangat erat kaitannya dengan kegiatan perburuan istana.
Situs ini terus berkembang, terutama pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat III (1703-1705), yang memberikan wilayah tersebut kepada Bupati Pasuruan Untung Suropati. Kemudian, seiring berjalannya waktu, tanah seluas 250 hektare yang dulunya menjadi markas bagi pasukan perlawanan itu, akhirnya bertransformasi menjadi Markas Kopassus Grup 2 yang terletak di persimpangan Kartasura menuju Semarang, Surakarta, dan Yogyakarta.
Dari Pemburuan hingga Jejak Militer
Baca Juga : Dunia Tinju Mulai Bergeliat, Para Influencer Bakal Terlibat Baku Hantam di Malang
Situs yang kini menjadi markas militer tersebut memiliki nilai sejarah yang tinggi, yang menghubungkan masa kejayaan Mataram, perjuangan melawan penjajah, serta peralihan fungsi lahan menjadi bagian dari pertahanan modern Indonesia. Kandang Menjangan adalah saksi bisu dari sebuah kerajaan besar yang pernah ada, dengan segala konflik, kepahlawanan, dan perubahan yang mengikutinya.
Pada masa kerajaan, kawasan ini digunakan untuk kepentingan berburu, dengan rusa sebagai hewan yang dipelihara dan diburu oleh kalangan bangsawan. Seiring berjalannya waktu, keberadaan rusa yang berkembang biak di Kandang Menjangan melahirkan acara perburuan yang rutin diadakan oleh kerajaan. Namun, seiring dengan berlalunya waktu dan perubahan sistem pemerintahan, situs ini pun mengalami transformasi yang tidak hanya mencerminkan perubahan sosial-politik, tetapi juga peran pentingnya dalam sejarah perjuangan Indonesia.
Kandang Menjangan yang dahulu menjadi tempat berburu dan peristirahatan bagi raja dan bangsawan, kini berdiri kokoh sebagai Markas Kopassus Grup 2. Meskipun fungsi awalnya sebagai tempat berburu telah bertransformasi, tempat ini tetap menjadi bagian integral dari sejarah yang lebih besar, yakni Kerajaan Mataram dan perjuangan bangsa Indonesia melawan kolonialisme.
Situs dengan Sejuta Cerita
Kandang Menjangan bukan sekadar sebuah lokasi di persimpangan antara Surakarta, Semarang, dan Yogyakarta. Ia adalah sebuah situs yang menyimpan sejuta cerita tentang perjalanan panjang Kerajaan Mataram, pergulatan kekuasaan, hingga perjuangan melawan penjajahan. Dari masa kejayaan Kraton Kartasura yang ditinggalkan dalam kehancuran, hingga Kandang Menjangan yang menjadi markas pasukan elit Indonesia, situs ini menggambarkan bagaimana sejarah terus berkembang, dan bagaimana suatu tempat dapat berubah seiring waktu, namun tetap menyimpan kenangan yang tak lekang oleh zaman.
Dari perburuan rusa hingga latihan perang, dari masa kerajaan hingga masa kemerdekaan, Kandang Menjangan adalah salah satu saksi sejarah yang memperlihatkan betapa pentingnya menjaga jejak-jejak masa lalu untuk membangun pemahaman tentang identitas dan perjuangan bangsa. Sebuah perjalanan sejarah yang menggugah dan penuh makna.