JATIMTIMES - Persoalan penanganan stunting di Kota Batu terus menjadi perhatian banyak pihak. Meningkatnya kesejahteraan masyarakat dipandang belum selaras dengan masalah gizi buruk pada anak. Hal ini turut disorot kandidat calon wali kota dan wakil wali kota, dengan berupaya menawarkan solusi melalui sejumlah program.
Salah satunya pasangan calon (Paslon) Krisdayanti dan Kresna Dewanata Phrosakh. Melalui janji politiknya, paslon nomor urut 3 di Pilkada Kota Batu 2024 ini menginginkan keseriusan penurunan angka stunting dengan dukungan program terintegrasi. Mulai dari intervensi gizi, pendampingan dan edukasi.
Baca Juga : Hadirkan JKT48, Dempo Fair XLVI Sukses Digelar dengan Kepanitiaan 280 Siswa SMA DEMPO
Krisdayanti menilai persoalan ini butuh penanganan yang serius. Kepala daerah dituntut untuk jeli melihat akar permasalahan stunting yang terjadi dan bagaimana memperbaiki pola pikir masyarakat.
"Terutama pengasuhan dan memberikan asupan gizi bagi balita," ujar Krisdayanti saat dikonfirmasi, belum lama ini.
Diketahui bahwa prevalensi stunting di Kota Batu masih tinggi yakni 10,65 persen per September 2024. Sekalipun angka ini mengalami penurunan dari sebelumnya yakni 12,16 persen pada 2023. Secara nasional, prevalensi stunting berada di angka 21 persen. Wanita yang akrab disapa KD itu menegaskan, intervensi stunting harus didasarkan pada data untuk menjadi acuan tindakan.
Ia menargetkan kasus stunting di Kota Batu 0 persen. Karena itu pihaknya memiliki sejumlah program memasifkan intervensi gizi. "Dari 2019 sampai sekarang, kasus stunting menurun sebanyak 25 persen 25 persen. Namun jika belum menyentuh 0 persen tentu ada anak-anak di Kota Batu yang mengalami stunting," jelasnya.
Ia menekankan, kebutuhan penanganan stunting tidak bisa dilakukan secara parsial, tapi harus menyeluruh. Mulai dari mengoptimalkan kegiatan-kegiatan di tiap posyandu. Termasuk melibatkan para ibu-ibu penggerak PKK memberikan edukasi pemenuhan gizi dan monitoring ibu-ibu hamil terhadap kesehatan janin yang dikandungnya.
"Karena itu setiap bertemu ibu-ibu muda, saya selalu menekankan bahwa mereka harus tahu 1000 hari kehidupan. Kadang mereka lupa, karena 1000 hari dihitung setelah melahirkan. Padahal pemenuhan gizi harus diberikan sejak bayi dalam kandungan," urai KD.
Baca Juga : Pastikan Dukungan untuk WALI, Perindo: Kami Ingin Menang Tanpa Menjatuhkan Lawan
KD menuturkan, untuk itu pihaknya memprogramkan peningkatan layanan kesehatan di tiap-tiap Posyandu. Sebab, selama ini masyarakat berasumsi bahwa layanan kesehatan di posyandu masih belum memadai, terutama dalam kemandirian farmasi dan alat kesehatan. Padahal posyandu adalah tempat awal terbentuknya siklus kehidupan.
Ditambahkan Kresna Dewanata Phrosakh, rendahnya kesadaran masyarakat ini bisa dilihat dari kasus kematian ibu dan anak yang tercatat ada 15 kasus selama 2024. Dewa, sapaannya, menyampaikan jika paslon dengan sebutan KriDa ini berjanji akan meningkatkan alat-alat kesehatan yang lebih canggih di posyandu.
Dikatakannya, pemenuhan gizi harus diberikan sejak janin dalam kandungan. Pemenuhan gizi bagi anak-anak di bawah dua tahun (baduta) menjadi kunci penting menciptakan generasi cerdas demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.
"Tentunya dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka stunting dapat menurun. Sebab ada korelasinya kesejahteraan dan terkoneksinya pemenuhan gizi, meminimalisir terjadinya kasus stunting," timpa Dewa.