JATIMTIMES - Ahmad Ghadavi, mantan atlet binaraga nasional Indonesia, meninggal dunia akibat kanker tiroid yang telah menyebar ke paru-parunya. Dalam pesan terakhirnya sebelum wafat pada 23 Oktober 2024 di Rumah Sakit Dharmais, Jakarta, ia membuat video imbauan agar masyarakat tidak menggunakan steroid.
Sebelumnya, akun Instagram @binaraga_indonesia membagikan kabar duka tentang Davi. “Telah berpulang sahabat kita, Achmad Ghadavi, pada 23 Oktober 2024 pukul 22.30 WIB di RS Dharmais Jakarta. Doa kita untuk Bang Davi kiranya amal ibadahnya diterima di sisi-Nya.” tulisnya.
Mengutip video yang diunggah di YouTube Wayan Bodybuilder, Davi menceritakan perjalanan karier dan kesehatannya. “Saya ingin memperkenalkan diri, nama saya Ahmad Ghadavi, mantan atlet nasional dari tahun 2006 sampai 2019,” katanya.
Dalam video itu, Davi mengungkapkan bahwa dirinya telah berjuang melawan kanker tiroid ganas yang telah menyebar ke paru-paru selama satu setengah tahun. Davi juga menceritakan bahwa sejak awal dirinya telah menggunakan steroid untuk meningkatkan performa di berbagai kompetisi yang memang membuatnya sering menang.
Namun, efek samping penggunaan steroid mulai ia rasakan, terutama setelah berhenti aktif bertanding pada 2019. "Dari awal bertanding, saya sudah menggunakan steroid. Makin menang, saya makin menggunakannya,” katanya.
Setelah berhenti berkompetisi sementara pada masa pandemi, ia masih menggunakan steroid jenis testosterone seminggu sekali untuk mempertahankan performa. Tetapi, akhirnya kondisi kesehatannya memburuk, dan hasil PET scan menunjukkan bahwa ia mengidap kanker tiroid stadium lanjut.
Davi pun memberikan imbauan bagi masyarakat, terutama para atlet yang masih aktif. "Jadi kesimpulannya, saya imbau kepada teman-teman, jangan coba pakai steroid. Kita nggak tahu efek kedepannya nanti," ucapnya.
Ia menegaskan, meskipun steroid memang dapat meningkatkan performa, efek jangka panjangnya sangat membahayakan.
Sebagaimana dilansir laman NHS, steroid atau kortikosteroid adalah obat antiinflamasi yang digunakan untuk mengatasi berbagai kondisi, termasuk asma, eksim, dan penyakit autoimun seperti artritis. Steroid bekerja dengan mengurangi peradangan dan aktivitas sistem kekebalan tubuh.
Namun, jenis steroid yang digunakan Davi adalah steroid anabolik, yang berbeda dari kortikosteroid. Steroid anabolik sering kali digunakan secara ilegal untuk meningkatkan massa otot dan performa atletik.
Penyalahgunaan steroid anabolik dapat menyebabkan berbagai efek samping mulai dari yang ringan hingga berbahaya atau bahkan mengancam jiwa. Sebagian besar efek samping dapat diatasi jika Anda berhenti mengonsumsi obat, tetapi sebagian lainnya mungkin bersifat permanen.
Dosis yang dijual bebas seringkali 10 hingga 100 kali lebih tinggi daripada dosis yang diresepkan oleh penyedia layanan kesehatan untuk mengobati kondisi medis. Inilah sebabnya mengapa efek sampingnya biasanya lebih parah daripada efek samping penggunaan steroid anabolik yang diresepkan.
Mengutip situs Cleveland Clinic, beberapa atlet, binaragawan, dan lainnya menyalahgunakan obat-obatan ini dalam upaya meningkatkan performa dan atau memperbaiki penampilan fisik mereka. Steroid anabolik adalah obat peningkat penampilan dan performa (APED) yang paling umum.
Penyalahgunaan steroid anabolik umum terjadi. Sekitar 3 hingga 4 juta orang di Amerika Serikat menggunakan steroid anabolik untuk tujuan nonmedis. Steroid anabolik tersedia dalam beberapa bentuk berbeda, termasuk pil, suntikan, krim atau gel topikal, bercak kulit, dan pelet yang dapat ditanamkan.