JATIMTIMES - Kolaborasi antara akademisi dan industri pariwisata kembali menghasilkan inovasi pembelajaran. Dosen dari Universitas Negeri Malang (UM) dan Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Blitar bekerja sama dengan Wisata Kampung Coklat Kademangan, Kabupaten Blitar, untuk mengembangkan media pembelajaran Virtual Reality (VR) berbasis budidaya kakao.
Kegiatan penelitian ini berlangsung sejak Juni hingga Oktober 2024 dan berlokasi di Wisata Edukasi Kampung Coklat, yang selama ini dikenal sebagai pusat edukasi kakao di Kabupaten Blitar.
Baca Juga : Tim Peneliti UM Kembangkan Potensi Batu Bara sebagai Bahan Alternatif untuk Pembuatan rGO
Penelitian ini dipimpin oleh Prof. Dr. H.M. Zainudin, M.Pd., guru besar dari Universitas Negeri Malang, dengan anggota Dr. Surayanah, M.Pd., dan Khusnul Khotimah, M.Pd.
Tim ini juga melibatkan para dosen dari UNU Blitar, antara lain Lestariningsih, S.Pt., M.P., Abd Charis Fauzan, M.Kom., Agus Yulianto, M.Pd., serta Redhitya Wempi Ansori, M.Pd. Sementara itu, Kampung Coklat diwakili oleh Ahmad Izzuddin, M.Pd., yang bertanggung jawab atas koordinasi dengan pihak kampus.
Prof. Zainudin menjelaskan bahwa tujuan dari penelitian ini adalah menghasilkan media pembelajaran inovatif yang dapat digunakan oleh siswa sekolah dasar.
“Kami ingin menciptakan media VR yang tidak hanya menarik secara visual tetapi juga efektif dalam membantu siswa memahami proses budidaya kakao,” ujarnya.
Menurutnya, teknologi VR dapat menjadi alat bantu yang sangat efektif untuk menyampaikan informasi dengan cara yang lebih interaktif dan immersif.
Lestariningsih dari UNU Blitar menambahkan bahwa media VR ini merupakan bagian dari upaya untuk memperkenalkan siswa pada teknologi sambil mengajarkan nilai-nilai pendidikan lingkungan dan agrikultur.
“Dengan adanya VR, siswa tidak hanya mendengar teori tetapi juga ‘merasakan’ langsung proses budidaya kakao,” jelas Lestariningsih.
Ia juga berharap program ini bisa mendorong minat siswa terhadap dunia agrikultur sejak dini dan memotivasi mereka untuk mencintai lingkungan.
Proses pembuatan media pembelajaran ini dimulai dengan diskusi antara para peneliti dan pihak Kampung Coklat untuk memahami kebutuhan dan tujuan dari media pembelajaran.
Setelah itu, tim menyusun storyboard sebagai panduan untuk mengembangkan konten VR yang mampu memvisualisasikan tahapan budidaya kakao secara menarik dan informatif.
“Setiap proses dalam budidaya kakao kami susun secara detail di storyboard agar siswa benar-benar memahami tahapan dari awal hingga akhir,” ungkap Dr. Surayanah, salah satu anggota tim penelitian.
Tahap selanjutnya adalah produksi VR, di mana tim mengolah storyboard menjadi bentuk visual 3D yang dapat diakses melalui perangkat VR. Setelah selesai, media ini diuji cobakan pada siswa sekolah dasar di sekitar Blitar.
Berdasarkan hasil uji coba, media VR budidaya kakao ini dinilai cukup efektif dalam meningkatkan pemahaman siswa. Beberapa siswa mengaku merasa seolah berada langsung di perkebunan kakao dan melihat setiap tahap mulai dari penanaman hingga panen.
Baca Juga : Perkara Korupsi Proyek Puskesmas Bumiaji, Jaksa Tolak Permintaan Bebas Eks Kadinkes Kota Batu
Ahmad Izzuddin, perwakilan manajemen Kampung Coklat, menyatakan bahwa Kampung Coklat sangat mendukung pengembangan media pembelajaran berbasis teknologi.
“Kami senang bisa berkontribusi dalam inovasi pendidikan ini. Kampung Coklat ingin menjadi lebih dari sekadar destinasi wisata; kami ingin menjadi pusat edukasi yang mampu menginspirasi generasi muda untuk mencintai alam dan memahami pentingnya industri kakao,” ujar Ahmad.
Dosen UNU Blitar yang terlibat, Abd Charis Fauzan, M.Kom., menyebutkan bahwa penelitian ini juga diharapkan bisa memperkuat kolaborasi antara kampus dan dunia industri, terutama dalam mengembangkan teknologi pendidikan yang berbasis lokal.
“Sinergi antara universitas dan industri lokal seperti Kampung Coklat ini sangat penting. Selain membawa dampak positif bagi pendidikan, kolaborasi ini juga mampu memperkenalkan potensi lokal ke masyarakat luas,” ungkapnya.
Program VR budidaya kakao ini telah melalui proses evaluasi dan siap dikembangkan lebih lanjut untuk menjadi media pembelajaran di sekolah-sekolah.
Prof. Zainudin berharap agar media VR ini tidak hanya berhenti pada skala lokal, tetapi dapat diaplikasikan secara nasional sebagai contoh pembelajaran berbasis teknologi.
Ia juga menambahkan bahwa kerja sama serupa dengan industri lokal akan terus didorong oleh universitas untuk menghadirkan lebih banyak inovasi dalam bidang pendidikan.
Dengan adanya program ini, diharapkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar yang lebih interaktif dan mendalam mengenai budidaya kakao, serta termotivasi untuk terlibat dalam pelestarian lingkungan sejak usia dini.
“Kami ingin pendidikan yang tidak hanya sekadar teori, tetapi mampu memberikan pengalaman yang nyata bagi siswa,” tutup Prof. Zainudin.
Kolaborasi antara akademisi dan pelaku industri pariwisata seperti yang dilakukan Universitas Negeri Malang, UNU Blitar, dan Kampung Coklat, menunjukkan bahwa pembelajaran dapat dikembangkan dengan cara yang kreatif, relevan, dan kontekstual, mengingat potensi serta kekayaan lokal.