JATIMTIMES - Gunung Buthak, yang berada di perbatasan Kabupaten Malang dan Kabupaten Blitar, Jawa Timur, menjadi sorotan setelah dilanda hujan es pada Sabtu (2/11). Momen langka ini berhasil terekam oleh para pendaki yang sedang menapaki jalur pendakian.
Dalam unggahan video di Instagram @hilal.antoni, tampak sejumlah pendaki yang mengenakan jas hujan berlindung di bawah pohon untuk menghindari butiran es yang jatuh. Ribuan butir es bertebaran di tanah, menimbulkan kehebohan di kalangan para pendaki.
"Gunung Buthak pos 4 menuju jam 3 hujan es coy, wah waduh, wayahe payungan rek," ujar perekam video.
Kejadian ini langsung menuai komentar dari warganet. Beberapa pengguna media sosial membayangkan bagaimana rasanya jika terkena butiran es yang jatuh dengan cukup keras. "Loro iku kyok diantemi kerikil," tulis akun @suryah****, mengungkap betapa nyerinya terkena hujan es.
Namun, apa sebenarnya penyebab fenomena hujan es ini? Menurut situs resmi Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), hujan es merupakan bentuk cuaca ekstrem dalam skala lokal yang dihasilkan dari awan dengan karakteristik tertentu. Fenomena ini biasanya berlangsung dalam durasi pendek dan sering disertai hujan lebat, petir, serta angin kencang.
Fenomena hujan es lebih sering terjadi saat pergantian musim atau pancaroba, baik dari musim kemarau ke musim hujan maupun sebaliknya. Proses pembentukan hujan es terkait erat dengan aktivitas konvektif di atmosfer yang kuat, terutama pada awan Cumulonimbus (Cb) yang menjulang tinggi, menunjukkan adanya ketidakstabilan udara yang signifikan.
Koordinator Bidang Diseminasi Informasi Iklim dan Kualitas Udara BMKG, Hary Tirto Djatmiko, menjelaskan bahwa hujan es terbentuk dalam awan Cumulonimbus yang memiliki tiga partikel utama, yaitu butiran air, butiran air super dingin, dan partikel es.
Hary memaparkan bahwa pembentukan hujan es dapat terjadi melalui dua proses utama:
1. Strong Updraft dan Downdraft: Pada proses ini, uap air terbawa naik oleh arus udara yang kuat, hingga mencapai ketinggian dengan suhu sangat dingin. Di ketinggian ini, uap air membeku dan membentuk partikel es.
2. Lower Freezing Level: Proses kedua terjadi jika lapisan pembekuan (freezing level) berada lebih rendah dari ketinggian biasanya. Di Indonesia, lapisan ini biasanya berada pada ketinggian 4-5 km di atas permukaan laut, tempat suhu turun hingga nol derajat Celcius. Pada ketinggian ini, partikel air di awan membeku menjadi butiran es.
"Pada lapisan dengan suhu nol derajat di atas ketinggian tersebut, partikel air akan membeku menjadi es," ungkap Hary, dikutip situs resmi BMKG, Minggu (3/11).
Ciri-ciri Cuaca yang Memicu Hujan Es
Fenomena hujan es bisa diantisipasi sekitar 30 menit hingga satu jam sebelum kejadian. Berikut beberapa tanda awal menurut BMKG:
- Udara pada malam hingga pagi hari terasa panas dan gerah, akibat radiasi matahari yang kuat.
- Pada pagi menjelang siang, sekitar pukul 10.00, terbentuk awan Cumulus berlapis-lapis dengan salah satu di antaranya memiliki tepi yang jelas dan warna abu-abu, terlihat menjulang seperti bunga kol.
- Awan Cumulus ini akan berubah menjadi abu-abu gelap atau hitam, membentuk awan Cumulonimbus (Cb).
- Mulai terasa angin dingin dengan pepohonan yang bergerak cepat.
- Hujan turun secara tiba-tiba dalam intensitas deras atau disertai angin kencang.
Jika beberapa hari berturut-turut tidak turun hujan di masa pancaroba atau penghujan, BMKG memperingatkan kemungkinan hujan deras pertama kali disertai angin kencang, yang bisa berupa puting beliung.
Hary menambahkan bahwa hujan es jarang terjadi berulang di tempat yang sama dalam waktu singkat. Fenomena ini lebih sering muncul di area berbeda setelah satu kali kejadian.