JATIMTIMES - Pelaksana Tugas (Plt) Bupati Malang Didik Gatot Subroto mendorong para perajin batik agar dapat memanfaatkan motif Garudeya. Khususnya untuk produk batik yang juga dapat disesuaikan dengan permintaan konsumen terkait dengan kualitasnya.
Didik mengatakan, motif batik Garudeya sudah dipatenkan oleh Bupati Malang HM. Sanusi sebelum cuti sebagai kepala daerah untuk mengikuti kontestasi Pilkada Kabupaten Malang 2024. Didik menyebut hal itu merupakan suatu keberuntungan bagi para perajin batik Kabupaten Malang.
Baca Juga : Komitmen Tekan Inflasi, Disperindag Kabupaten Malang Gelar Pasar Murah di 7 Titik
Pasalnya, Kabupaten Malang telah memiliki motif batik khas yakni motif Garudeya. Motif tersebut terinspirasi dari relief Garudeya yang ada di situs Candi Kidal, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang.
Menurut Didik, masing-masing Forum Komunikasi Pimpinan Kecamatan atau Forkopimcam di 33 kecamatan di Kabupaten Malang dapat memberdayakan para perajin batik untuk memenuhi kebutuhan seragam atau aksesoris lainnya dengan motif batik Garudeya.
"Pak Bupati sebelum beliau cuti sudah menetapkan batik Garudeya. Implementasinya bagaimana, ya tinggal kita nanti menginstruksikan kepada semua kecamatan, perusahaan-perusahaan, termasuk dinas-dinas terkait bisa mempergunakan itu," ungkap Didik kepada JatimTIMES, Minggu (13/10/2024).
Mantan Kepala Desa Tunjungtirto, Singosari ini mengatakan, Pemkab Malang berkomitmen akan terus membantu menyiapkan pasar bagi para perajin batik. Sehingga, dapat menambah pendapatan serta sebagai sarana pelestarian batik di tengah gempuran perkembangan zaman.
"Hasil produk UMKM, ini pasarnya kita siapin. Maka ini harus terus disosialisasikan, sehingga nanti ada instruksi dalam satu minggu sekali itu disyaratkan menggunakan batik lokal," terang Didik.
Baca Juga : Eri Cahyadi Rajin Ajak Warga Coblos Risma- Gus Hans di Pilgub Jatim 2024
Pria yang pernah menduduki jabatan sebagai Ketua DPRD Kabupaten Malang itu menuturkan, terdapat beberapa jenis batik yang saat ini banyak digunakan oleh masyarakat. Setiap jenis batik memiliki harga yang berbeda. Mulai dari batik tulis yang memiliki harga lumayan mahal dan batik cap atau lainnya yang memiliki harga tidak terlalu mahal.
"Tentunya bagaimana kita memberikan ruang untuk kedua-duanya. Batik cap atau yang cetak ini nanti diberikan kepada anak-anak atau karyawan, kemudian para pejabatnya menggunakan yang batik tulis, agar dua-duanya ada ruang pasar," pungkas Didik.