JATIMTIMES - Belum lama ini, sebuah satelit yang baru beroperasi beberapa bulan berhasil mendeteksi sejumlah emisi metana di Indonesia, tepatnya di Pulau Jawa. Temuan ini disampaikan oleh Malik Arrahim, seorang WNI yang tinggal di Jerman, melalui akun X-nya, @malikarrahim.
"Satelit ini mendeteksi emisi metana di tiga titik berbeda di Jawa, dan asalnya dari tempat pembuangan sampah," ujar Malik dalam videonya.
Baca Juga : Napak Tilas Pejuang Surabaya, Kobarkan Semangat Resolusi Jihad NU bagi Generasi Muda
Tiga lokasi yang teridentifikasi sebagai hotspot emisi metana adalah Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Galuga di Bogor, TPA Rawa Kucing di Tangerang, dan TPA Cilowong di Serang. Dari ketiga tempat ini, satelit mencatat jumlah emisi metana yang sangat besar, dan dampaknya sangat mengkhawatirkan bagi lingkungan serta masyarakat di sekitarnya.
Menurut data satelit, TPA Galuga di Bogor menjadi sumber emisi metana terbesar dengan angka mencapai 1.200 kg metana per jam.
“Angka ini luar biasa besar! Bayangkan, metana itu dampaknya terhadap pemanasan global 28 kali lebih kuat daripada karbon dioksida,” ungkap Malik.
TPA Rawa Kucing di Tangerang juga tak kalah mengkhawatirkan. Satelit mendeteksi emisi metana sebanyak 590 kg per jam. Malik pun menekankan bahwa pengelolaan sampah yang buruk di lokasi-lokasi ini sudah seperti “bom waktu” yang sewaktu-waktu bisa meledak.
“Emisinya benar-benar ngeri, ini masalah yang sangat serius.” tambahnya.
Di TPA Cilowong, Serang, meskipun tidak terdeteksi angka pasti emisinya, satelit tetap menangkap adanya plume atau semburan emisi metana.
"Bisa jadi, TPA lain di Indonesia juga menjadi sumber emisi besar, hanya saja belum terdeteksi karena satelit belum melewati wilayah tersebut," tambah Malik.
Dampak Gas Metana: Pemanasan Global dan Bahaya Kesehatan
Gas metana (CH4) merupakan salah satu komponen utama gas rumah kaca, dan kontribusinya terhadap perubahan iklim sangat besar. Melansir dari laman Waste4Change, metana memiliki sifat yang sangat berbahaya.
Baca Juga : Dua Kakek Pahlawan Selamatkan Ratusan Penumpang KA Dharmawangsa
"Gas ini tak berbau, tak berwarna, namun sangat mudah terbakar. Pada konsentrasi tinggi, metana dapat mengurangi kadar oksigen di atmosfer hingga di bawah 19,5%, bahkan bisa menyebabkan ledakan jika bercampur dengan udara," demikian dijelaskan dalam laporan tersebut.
Bahaya metana tidak hanya terbatas pada lingkungan. Jika terhirup manusia dalam jumlah tertentu, metana bisa memicu berbagai masalah kesehatan. Gejala-gejala yang mungkin muncul antara lain mual, sakit kepala, dan detak jantung yang lebih cepat. Selain itu, efek samping kognitif seperti kehilangan ingatan, penglihatan kabur, dan rasa lesu juga bisa terjadi.
Lebih lanjut, metana yang terlepas ke atmosfer akan mengalami oksidasi, yang akhirnya membentuk karbondioksida dan uap air. Proses ini memperburuk efek rumah kaca dan semakin mempercepat pemanasan global.
"Metana tidak hanya merusak secara langsung, tapi juga berkontribusi melalui peningkatan kadar CO2 di atmosfer," papar Waste4Change.
Ini berarti, kualitas udara akan semakin tercemar dan berpotensi mengandung zat-zat beracun yang berbahaya bagi manusia maupun hewan.
Potensi Ledakan dan Pencemaran Lingkungan
Bahaya dari emisi metana yang tinggi tidak bisa dianggap sepele. Sifatnya yang mudah terbakar membuat potensi terjadinya ledakan di TPA-TPA semakin besar. "Bukan hanya bom waktu, ini sudah seperti ledakan yang siap terjadi kapan saja," ujar Malik. Hal ini diperparah dengan buruknya pengelolaan sampah di banyak TPA di Indonesia. Jika tidak segera ditangani, ancaman pencemaran udara dan kerusakan lingkungan semakin nyata.
Indonesia juga memiliki potensi emisi metana yang besar dari lapangan-lapangan gas yang tersebar di berbagai daerah seperti Kalimantan Timur dan Papua Barat. Malik mempertanyakan, "Apakah kita yakin tidak ada kebocoran metana di lapangan-lapangan gas kita?"
Dengan temuan satelit ini, sudah saatnya Indonesia mengambil tindakan tegas dalam mengatasi krisis emisi metana. Langkah awal yang harus diambil adalah meningkatkan pengelolaan sampah di TPA-TPA besar seperti Bantargebang, Sarimukti, dan lainnya. Selain itu, pemerintah dan pihak terkait juga harus segera melakukan inspeksi terhadap lapangan-lapangan gas untuk memastikan tidak ada kebocoran yang terjadi.
Kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dari emisi gas rumah kaca seperti metana juga perlu ditingkatkan. "Ini bukan hanya masalah lingkungan, tapi juga masalah kesehatan dan keselamatan kita semua," tutup Malik.