JATIMTIMES - Sejak Senin (23/9/2024), beberapa daerah di Jawa Timur mulai diguyur hujan dengan intensitas bervariasi. Menurut laporan dari BMKG (Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika) Juanda, kondisi hujan ini diperkirakan akan terus berlangsung hingga beberapa hari ke depan, setidaknya sampai Minggu (29/9/2024).
Namun, meskipun hujan mulai turun, BMKG menegaskan bahwa ini belum menandakan berakhirnya musim kemarau secara keseluruhan. Melalui akun Instagram resminya @infobmkgjuanda, BMKG menyatakan bahwa musim hujan di Jawa Timur sebenarnya belum dimulai sepenuhnya, sementara musim kemarau juga masih berlangsung.
Hujan yang terjadi saat ini dipengaruhi oleh sejumlah faktor atmosferik yang mendukung terbentuknya awan hujan. Salah satu faktor utama adalah pola konvergensi, yaitu pertemuan arah angin dari timur dan tenggara yang menyebabkan pertumbuhan awan konvektif secara sporadis. Pola angin ini memicu hujan lokal di berbagai wilayah Jawa Timur.
Selain itu, tingkat kelembapan udara di wilayah ini sangat tinggi, mencapai 60-100% di berbagai lapisan atmosfer. Kondisi ini menyediakan suplai uap air yang cukup besar, sehingga mempermudah terbentuknya awan hujan. Kelembapan yang tinggi ini menjadi indikator kuat bahwa potensi hujan di wilayah Jawa Timur masih akan terus berlanjut dalam beberapa hari ke depan.
Kondisi atmosfer yang labil juga turut memengaruhi terbentuknya hujan. Udara hangat yang lebih ringan akan naik ke atmosfer, dan pada ketinggian tertentu, udara tersebut mengembun menjadi butiran air yang kemudian membentuk awan hujan. Fenomena ini menjadi salah satu penyebab hujan yang terjadi belakangan ini.
Meskipun demikian, BMKG kembali menegaskan bahwa ini bukanlah tanda berakhirnya musim kemarau. Menurut BMKG, musim hujan di berbagai wilayah Indonesia, termasuk Jawa Timur, diperkirakan baru akan dimulai pada November 2024.
Berdasarkan prakiraan BMKG yang dilansir dari situs resminya, pada periode September hingga November 2024, sebagian besar wilayah Indonesia akan mengalami curah hujan dengan kategori menengah hingga tinggi.
Pada bulan September, sekitar 21,75% wilayah Indonesia diperkirakan mengalami curah hujan rendah, 69,49% dalam kategori menengah, dan 8,76% dengan curah hujan tinggi hingga sangat tinggi.
Memasuki Oktober, sekitar 7,64% wilayah diprediksi mengalami curah hujan rendah, 64,57% kategori menengah, dan 27,79% dalam kategori tinggi hingga sangat tinggi.
Sementara itu, pada November, hanya 0,65% wilayah yang diperkirakan akan mengalami curah hujan rendah, dengan 52,59% dalam kategori menengah, dan 46,76% wilayah akan mengalami curah hujan tinggi hingga sangat tinggi.
BMKG juga telah memprediksi bahwa puncak musim hujan di sebagian besar wilayah Indonesia bagian barat akan terjadi pada periode November hingga Desember 2024.
Plt. Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyatakan bahwa sebanyak 43,4% Zona Musim di Indonesia, yang mencakup wilayah Sumatra, pesisir selatan Pulau Jawa, dan Kalimantan, akan mengalami puncak curah hujan pada periode ini.
"Wilayah yang diprediksi mengalami puncak musim hujan pada November hingga Desember 2024 mencakup sekitar 303 Zona Musim atau 43,4% dari total zona di Indonesia," jelas Dwikorita, dilansir laman resmi BMKG.
Namun, terdapat pula wilayah yang diprediksi akan mengalami puncak musim hujan pada Januari hingga Februari 2025, meliputi 250 Zona Musim atau 35,8% dari total zona. Zona tersebut mencakup Lampung, bagian utara Pulau Jawa, sebagian kecil Sulawesi, Bali, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT), serta sebagian besar Papua.
Dalam kesempatan yang sama, Dwikorita juga mengingatkan pentingnya kesiapan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor. "Kami mengimbau masyarakat untuk lebih waspada dan siap menghadapi potensi bencana hidrometeorologi selama musim hujan ini," ujarnya.
Di sisi lain, Ardhasena Sopaheluwakan, Deputi Bidang Klimatologi BMKG mengatakan bahwa musim hujan di beberapa wilayah Indonesia bisa datang lebih awal dari prakiraan. Hal ini dipengaruhi oleh kondisi suhu permukaan laut yang saat ini terpantau hangat di sekitar wilayah Indonesia.
"Jika kita lihat, suhu permukaan laut di sekitar wilayah Indonesia saat ini cukup hangat. Kondisi ini yang menyebabkan beberapa daerah memasuki musim hujan lebih awal dari perkiraan," ujar Ardhasena.
Masyarakat diimbau untuk terus memantau perkembangan cuaca dan iklim melalui berbagai kanal resmi BMKG, baik itu media sosial, aplikasi, maupun media massa, agar dapat mengambil langkah antisipatif yang tepat.