free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Ekonomi

Siapa Pemilik Tupperware dan Apa Penyebab Kebangkrutannya?

Penulis : Binti Nikmatur - Editor : Yunan Helmy

26 - Sep - 2024, 09:00

Placeholder
Salah satu produk dari Tupperware yang saat ini banyak digunakan masyarakat di Indonesia. (Foto: laman Tupperware)

JATIMTIMES - Tupperware, merek asal Amerika Serikat yang terkenal dengan produk wadah penyimpanan makanan, baru-baru ini mengajukan kebangkrutan. Perusahaan ini tengah menghadapi tantangan besar dalam mempertahankan operasionalnya di tengah penurunan penjualan. 

Sebagaimana dilaporkan oleh BBC, Tupperware berencana meminta persetujuan pengadilan untuk memulai  penjualan bisnisnya, meskipun mereka masih berniat untuk terus beroperasi. 

Keputusan Tupperware untuk mengajukan kebangkrutan ini telah memicu perhatian publik, terutama mengenai siapa sosok di balik merek legendaris ini dan mengapa perusahaan sebesar itu bisa runtuh. 

Siapa Pemilik Tupperware?
Tupperware didirikan oleh Earl Silas Tupper, seorang ahli kimia kelahiran 1907. Menurut informasi dari situs resmi perusahaan, Tupper mulai bekerja di bidang inovasi sejak usianya 21 tahun dan terlibat dalam berbagai riset. Salah satu pencapaiannya adalah berhasil menemukan metode untuk memurnikan ampas biji polyethylene—bahan dasar plastik—menjadi plastik yang fleksibel, kuat, ringan, dan aman digunakan. 

Pada tahun 1938, Earl S. Tupper mendirikan perusahaannya sendiri yang dinamai Earl S. Tupper Company. Dari sana, ia mematenkan produk plastik pertamanya, yang kemudian dikenal sebagai Poly-T. Beberapa tahun kemudian, ia mendapatkan ide untuk membuat wadah kedap udara yang menyerupai kaleng cat, namun berbahan plastik. Produk ini dirancang untuk membantu keluarga Amerika menghemat uang dengan mengurangi pemborosan makanan. 

Pada tahun 1946, Tupper meluncurkan produk yang dikenal sebagai Wonderlier Bowl dan Bell Tumbler di bawah merek Tupperware. Produk ini langsung diminati pasar, terutama setelah Perang Dunia II, ketika banyak keluarga di Amerika Serikat mencari cara untuk menghemat uang dari pemborosan makanan. 

Kini, kepemilikan Tupperware tidak lagi dimiliki secara pribadi. Saham perusahaan ini telah tersebar di pasar modal dan dimiliki oleh berbagai institusi. Berdasarkan informasi dari Nasdaq, sekitar 23,46% saham Tupperware dimiliki oleh sekitar 82 lembaga, dengan nilai total saham mencapai USD 6 juta. 

Mengapa Tupperware Bangkrut?
Tupperware, yang berdiri selama 78 tahun, begitu identik dengan penyimpanan makanan sehingga banyak orang menggunakan namanya untuk menyebut wadah plastik pada umumnya. Namun, meskipun perusahaan ini telah berusaha memperbarui produk dan menargetkan audiens yang lebih muda, mereka gagal bersaing di pasar yang semakin kompetitif. 

Pada tahun sebelumnya, Tupperware telah mengeluarkan peringatan bahwa mereka mungkin tidak bisa bertahan kecuali mampu mengumpulkan dana baru dalam waktu cepat. Saham perusahaan ini bahkan jatuh lebih dari 50% dalam seminggu terakhir setelah muncul kabar bahwa mereka berencana mengajukan kebangkrutan. 

Setelah menikmati lonjakan penjualan selama pandemi covid-19 karena lebih banyak orang memasak di rumah, Tupperware mulai mengalami penurunan permintaan yang signifikan. Penurunan ini disebabkan oleh beberapa faktor, termasuk meningkatnya biaya bahan baku, upah pekerja yang lebih tinggi, serta biaya transportasi yang semakin membebani margin keuntungan perusahaan. 

"Selama beberapa tahun terakhir, posisi keuangan perusahaan sangat terdampak oleh kondisi ekonomi global yang penuh tantangan." ungkap Laurie Ann Goldman, CEO Tupperware, dilansir BBC, Kamis (26/9). 

Ia menambahkan bahwa situasi yang dihadapi perusahaan semakin parah, dan keputusan untuk mengajukan kebangkrutan menjadi langkah penting untuk mencoba mempertahankan bisnis. 

Selain itu, Susannah Streeter, seorang analis pasar dari Hargreaves Lansdown, menjelaskan bahwa perubahan perilaku konsumen juga berperan dalam kemunduran Tupperware. "Konsumen mulai beralih dari penggunaan plastik dan mencari alternatif yang lebih ramah lingkungan untuk menyimpan makanan," ujar Streeter. 

Dia juga menyoroti bahwa masalah dalam pelaporan keuangan Tupperware, termasuk kesalahan dalam menyajikan hasil pada tahun 2021 dan 2022, telah memperburuk situasi perusahaan. 

Profil Tupperware
Tupperware pertama kali didirikan pada tahun 1946 oleh Earl Tupper, yang mematenkan segel kedap udara pada produk wadah plastik buatannya. Produk ini menjadi inovasi besar karena membantu menjaga makanan tetap segar lebih lama di masa ketika banyak keluarga belum memiliki lemari es. 

Namun, kesuksesan besar Tupperware tidak langsung tercapai. **Brownie Wise**, seorang pramuniaga yang visioner, adalah tokoh penting yang berhasil mempopulerkan merek ini. Dia mengembangkan strategi penjualan langsung melalui "pesta Tupperware," di mana para pramuniaga, yang mayoritas adalah perempuan, menjual produk langsung ke rumah tangga lainnya. 

Kini, Tupperware telah menjual produknya di lebih dari 70 negara di seluruh dunia. Meskipun demikian, tantangan besar tetap ada, terutama terkait perubahan tren konsumen dan kesulitan finansial yang menghantui perusahaan legendaris ini. 

Kebangkrutan Tupperware menandakan berakhirnya sebuah era bagi perusahaan yang telah lama menjadi simbol penyimpanan makanan di seluruh dunia. Semoga informasi ini bermanfaat! 


Topik

Ekonomi Tupperware Tupperware bangkrut kebangkrutan Tupperware



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Binti Nikmatur

Editor

Yunan Helmy