free web hit counter
Jatim Times Network Logo
Agama Ekonomi Gaya Hukum dan Kriminalitas Kesehatan Kuliner Olahraga Opini Otomotif Pemerintahan Pendidikan Peristiwa Politik Profil Ruang Mahasiswa Ruang Sastra Selebriti Tekno Transportasi Wisata
Hiburan, Seni dan Budaya

Resink dan Mitos Penjajahan: Belanda Baru Menjajah Indonesia 37 Tahun

Penulis : Aunur Rofiq - Editor : Sri Kurnia Mahiruni

22 - Sep - 2024, 12:12

Placeholder
Pasukan Belanda melucuti pejuang Indonesia selama Agresi Militer Belanda II tahun 1948. (Foto: Ist)

JATIMTIMES- Selama bertahun-tahun, sejarah yang kita kenal menyebutkan bahwa Indonesia dijajah oleh Belanda selama 3,5 abad atau 350 tahun. Klaim ini telah tertanam dalam benak banyak orang Indonesia, menciptakan keyakinan bahwa negeri ini benar-benar berada di bawah kekuasaan Belanda sejak kedatangan mereka pada tahun 1596 hingga proklamasi kemerdekaan pada tahun 1945.

Namun, apakah narasi tersebut sepenuhnya akurat? Sebuah fakta menarik dan penting diungkap oleh Gertrudes Johannes Resink, seorang ahli hukum yang berhasil mematahkan mitos panjang tersebut pada tahun 1968 melalui risetnya.

Baca Juga : 101 Karya Dua Perupa Aliran Abstrak Dipamerkan di Galeri Raos

Resink, dalam karya ilmiahnya berjudul Indonesia's History Between the Myths: Essays in Legal History and Historical Theory (1968), menantang asumsi umum yang menyatakan Indonesia berada di bawah penjajahan Belanda selama 350 tahun. Melalui risetnya yang mendalam, Resink berhasil membuktikan bahwa klaim tersebut tidaklah sepenuhnya benar, dan bahwa Belanda sebenarnya baru berhasil menguasai sebagian besar wilayah Indonesia dalam kurun waktu yang jauh lebih singkat.

Kedatangan Belanda: Pedagang atau Penjajah?

Untuk memahami lebih dalam, penting untuk meninjau kembali bagaimana narasi penjajahan selama 350 tahun terbentuk. Narasi ini merujuk pada kedatangan pertama orang Belanda di Indonesia pada tahun 1596, ketika Cornelis de Houtman dan rombongannya tiba di Banten. Kedatangan ini sering dianggap sebagai awal mula penjajahan, yang kemudian berakhir pada tahun 1945 dengan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Namun, penting untuk dicatat bahwa kedatangan awal Belanda tidak bertujuan untuk menjajah, melainkan untuk berdagang. Pada akhir abad ke-16, Belanda masih merupakan bangsa dagang yang mencari peluang ekonomi di wilayah-wilayah kaya rempah seperti Nusantara. Seiring waktu, interaksi perdagangan ini berkembang menjadi kolonialisme, tetapi pada awalnya, kehadiran Belanda di Indonesia lebih bersifat komersial daripada militer atau administratif.

Lalu, apakah bisa dianggap Belanda sudah mulai menjajah sejak 1596? Tentu tidak. Saat itu, Indonesia masih terdiri dari berbagai kerajaan yang berdaulat, dengan pemerintahan dan sistem politiknya masing-masing. Kedatangan Belanda hanyalah salah satu dari banyak interaksi perdagangan internasional yang melibatkan negara-negara Eropa, Asia, dan Arab. Klaim bahwa penjajahan sudah dimulai sejak saat itu mengabaikan kenyataan bahwa Belanda belum memiliki kekuasaan formal atas wilayah Nusantara pada masa tersebut.

VOC dan Kolonialisme: Awal Pengaruh Belanda

VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) didirikan pada tahun 1602 dan berfungsi sebagai perusahaan dagang Belanda yang memiliki hak istimewa, termasuk hak monopoli perdagangan dan hak untuk membuat perjanjian politik dengan penguasa lokal. Selama abad ke-17 dan ke-18, VOC menjadi kekuatan dominan dalam perdagangan rempah-rempah di Asia Tenggara, tetapi peranannya lebih banyak berkisar pada perdagangan dan negosiasi politik, bukan penguasaan langsung atas wilayah-wilayah di Nusantara.

VOC tidak selalu bertindak sebagai penjajah. Mereka sering kali menggunakan kekuatan diplomasi, aliansi, dan perjanjian dengan kerajaan-kerajaan lokal. Misalnya, beberapa kerajaan di Nusantara seperti Mataram dan Banten menjalin hubungan yang rumit dengan VOC, di mana ada kalanya mereka bekerja sama dan ada kalanya mereka berkonflik. Namun, yang jelas adalah bahwa VOC belum memiliki kendali penuh atas wilayah-wilayah tersebut. Pada masa ini, Indonesia masih merupakan kumpulan dari berbagai kerajaan yang merdeka, yang berinteraksi dengan VOC atas dasar kepentingan ekonomi.

Baru pada awal abad ke-19, setelah kebangkrutan VOC pada tahun 1799 dan diambil alih oleh pemerintah Belanda, usaha penjajahan mulai berlangsung lebih intensif. Pemerintahan kolonial Belanda resmi terbentuk pada tahun 1800, dan sejak saat itu, Belanda mulai memperluas kekuasaannya secara sistematis di seluruh kepulauan Indonesia.

Tantangan terhadap Penjajahan: Kerajaan-Kerajaan yang Berdaulat

Dalam risetnya, Resink mengajukan pertanyaan penting: apakah seluruh wilayah Indonesia sudah berada di bawah kekuasaan Belanda secara bersamaan sejak awal abad ke-17? Jawabannya adalah tidak. Banyak wilayah dan kerajaan di Indonesia masih merdeka hingga awal abad ke-20.

Pada abad ke-17, beberapa kerajaan besar di Nusantara, seperti Aceh, Mataram, dan Gowa, masih mempertahankan kedaulatannya. Bahkan, beberapa kerajaan ini menjalin hubungan diplomatik dengan negara-negara asing, tanpa harus tunduk pada pemerintahan kolonial Belanda atau VOC. Hal ini menunjukkan bahwa kekuasaan Belanda masih sangat terbatas dan terpusat hanya pada beberapa daerah di pesisir, terutama di Jawa dan Maluku.

Baca Juga : Meriahnya Festival Sekarbanjar di Kota Malang, Arak Gunungan Tumpeng Jeruk Hasil Bumi Warga

Kerajaan Aceh, misalnya, merupakan salah satu kekuatan maritim terbesar di Asia Tenggara dan baru jatuh ke tangan Belanda pada tahun 1903, setelah melalui perang yang panjang dan brutal. Begitu pula dengan kerajaan Bone di Sulawesi Selatan yang baru dikalahkan pada tahun 1905, dan Klungkung di Bali yang baru ditaklukkan pada tahun 1908. Ini menunjukkan bahwa hingga awal abad ke-20, Belanda belum memiliki kendali penuh atas seluruh wilayah Indonesia.

Resink juga menyoroti fakta bahwa banyak perjanjian yang dibuat antara VOC atau pemerintah kolonial Belanda dengan kerajaan-kerajaan lokal bukanlah perjanjian penaklukan, melainkan lebih banyak berisi kesepakatan dagang atau aliansi militer. Hal ini semakin memperkuat argumen bahwa Indonesia tidak berada di bawah penjajahan Belanda selama 350 tahun.

Penjajahan yang Tertunda: Dari 1908 hingga 1945

Jika kita menarik garis dari penaklukan Klungkung di Bali pada tahun 1908, dapat disimpulkan bahwa Belanda baru benar-benar berhasil menguasai sebagian besar wilayah Indonesia selama 37 tahun, dari tahun 1908 hingga kemerdekaan pada tahun 1945. Periode ini, meskipun singkat, merupakan masa di mana pemerintah kolonial Belanda berhasil memperluas kekuasaan mereka ke seluruh pelosok Nusantara, termasuk daerah-daerah terpencil yang sebelumnya belum pernah dijajah.

Resink berpendapat bahwa klaim penjajahan selama 350 tahun lebih merupakan propaganda kolonial daripada fakta sejarah. Belanda, dalam upaya untuk menampilkan diri sebagai kekuatan kolonial yang tangguh, sering kali mengklaim bahwa mereka telah menjajah Indonesia selama berabad-abad. Salah satu contohnya adalah pada tahun 1936, ketika Gubernur Jenderal de Jonge dengan bangga menyatakan bahwa Belanda telah menjajah Indonesia selama 300 tahun. Pernyataan ini dibuat sebagai bentuk unjuk kekuatan, tetapi pada kenyataannya, Belanda baru mulai menguasai seluruh Nusantara pada awal abad ke-20.

Pengakuan dan Penghormatan kepada Gertrudes Johannes Resink

Atas jasanya dalam mematahkan mitos penjajahan 350 tahun, Gertrudes Johannes Resink mendapatkan tempat istimewa dalam sejarah Indonesia. Resink, yang lahir di Belanda namun kemudian memilih menjadi warga negara Indonesia pada tahun 1950, sangat dihormati di Indonesia. Ia menerima kewarganegaraan Indonesia dari Presiden Soekarno sebagai bentuk pengakuan atas dedikasinya dalam mengungkap fakta sejarah yang selama ini tertutupi oleh propaganda kolonial.

Namun, meskipun Resink telah berhasil membongkar mitos tersebut, keyakinan bahwa Indonesia dijajah selama 350 tahun masih tertanam kuat dalam benak banyak orang. Mitos ini telah menjadi bagian dari memori kolektif bangsa, dan sulit dihapus begitu saja. Hal ini menunjukkan bahwa sejarah, dalam banyak hal, bukan hanya tentang fakta, tetapi juga tentang persepsi dan narasi yang dibangun dari generasi ke generasi.

Penelitian Gertrudes Johannes Resink memberikan perspektif baru tentang sejarah kolonial Indonesia dan mengajarkan kita untuk lebih kritis dalam menerima narasi sejarah. Meskipun penjajahan Belanda memang membawa dampak besar bagi Indonesia, perlu dipahami bahwa periode penjajahan tidaklah selama yang selama ini kita percayai. 

Penjajahan selama 350 tahun adalah mitos yang telah dipatahkan, dan yang lebih penting adalah memahami sejarah Indonesia dengan lebih tepat, agar kita bisa mengambil pelajaran yang lebih bermakna untuk masa depan.


Topik

Hiburan, Seni dan Budaya Penjajahan Belanda Sejarah Indonesia Gertrudes Johannes Resink



JatimTimes Media Terverifikasi Dewan Pers

UPDATE BERITA JATIM TIMES NETWORK

Indonesia Online. Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari JatimTIMES.com dengan klik Langganan Google News Jatimtimes atau bisa menginstall aplikasi Jatim Times News melalui Tombol Berikut :


Penulis

Aunur Rofiq

Editor

Sri Kurnia Mahiruni