JATIMTIMES - Ibu kota Vietnam, Hanoi, kini tengah menghadapi dampak bencana yang mematikan setelah Topan Yagi, salah satu badai terkuat di Asia tahun ini, menerjang wilayah utara negara tersebut. Berdasarkan laporan Reuters pada Rabu (11/9/2024), topan ini telah menewaskan setidaknya 152 orang dan lebih dari 140 orang dinyatakan hilang.
Selain korban jiwa, ribuan orang terpaksa dievakuasi akibat banjir besar yang melanda kota dan sekitarnya, terutama disebabkan oleh luapan Sungai Merah. Luapan air sungai ini telah menggenangi jalanan dan merendam rumah-rumah penduduk.
Baca Juga : Hanoi Vietnam Diterjang Topan Yagi, Lebih dari 150 Orang Tewas dan Ratusan Korban Hilang
Dampak topan ini tidak hanya merenggut nyawa dan menghancurkan rumah-rumah warga, tetapi juga melumpuhkan sektor industri. Banyak pabrik di wilayah pesisir timur Hanoi terendam banjir, memaksa mereka menghentikan operasi produksi.
Di luar ibu kota, di provinsi Thai Nguyen yang berjarak sekitar 60 kilometer dari Hanoi, banjir besar memicu tanah longsor yang menewaskan puluhan orang. Salah seorang warga Thai Nguyen mengeluh tidak punya akses air bersih dan listrik.
Melansir CNN International dan InDaily, sebuah video memperlihatkan bagaimana kejadian jembatan tiba-tiba roboh di Vietnam. Hal ini menyebabkan 10 mobil dan truk serta dua sepeda motor terjun ke sungai.
Kejadian ini terjadi di atas Sungai Merah di provinsi Phu To di Vietnam Utara. Kala itu Topan Yagi, badai terkuat Asia, tengah menghantam negeri itu.
Dalam video tampak sebuah motor terekam melintas bersama sebuah truk. Namun tiba-tiba truk tersebut terperosok jatuh berbarengan dengan jembatan yang runtuh. Beruntung pengendara sepeda motor di rekaman tersebut sempat berhenti dan masih selamat.
Lantas apa itu sebenarnya Topan Yagi?
Banyak orang mungkin bertanya-tanya, apa sebenarnya Topan Yagi itu? Melalui unggahan di Instagram @infobmkgjuanda, dijelaskan bahwa Typhoon Yagi adalah salah satu siklon tropis yang menyerang wilayah Asia. Di Indonesia, badai seperti ini biasa disebut siklon tropis. Siklon tropis dikenal membawa angin kencang, hujan deras, serta potensi kilat dan petir yang kuat.
Dalam unggahan tersebut, BMKG juga menjelaskan bahwa siklon tropis biasanya akan melemah ketika mendekati garis ekuator atau wilayah daratan, karena suplai energinya berasal dari lautan.
Baca Juga : Dua Warga Blitar Ditangkap Terkait Pengiriman Miras Ilegal ke Kalimantan
Untungnya, Indonesia yang berada di garis ekuator memiliki risiko yang lebih rendah untuk terkena dampak langsung siklon tropis. Meskipun begitu, sejarah mencatat Indonesia pernah terkena dampak langsung dari Siklon Tropis Seroja, terutama di Nusa Tenggara Timur (NTT) pada April 2021, yang menyebabkan kerusakan signifikan.
Siklon Tropis Yagi sendiri pertama kali terdeteksi oleh badan meteorologi Jepang pada tahun 2018. Nama "Yagi" diambil dari bahasa Jepang yang berarti "kambing". Penamaan ini merupakan bagian dari sistem penamaan badai yang diterapkan di wilayah Pasifik barat laut, di mana setiap negara berkontribusi dalam memilih nama untuk siklon tropis yang terjadi di kawasan tersebut.
Seperti halnya siklon tropis lainnya, Yagi terbentuk dari gangguan tropis yang berkembang menjadi badai kuat. Prosesnya dimulai dengan pemanasan air laut di wilayah tropis, yang memanaskan udara di atasnya. Udara panas ini kemudian naik ke atmosfer, membawa uap air yang pada akhirnya mengembun dan membentuk awan badai. Semakin banyak uap air yang terkumpul, semakin kuat pula badai yang terbentuk, hingga menciptakan sistem badai yang berputar di sekitar pusat tekanan rendah.
Dampak yang ditimbulkan oleh Siklon Tropis Yagi bervariasi tergantung pada wilayah yang dilaluinya. Di beberapa daerah, badai ini membawa hujan lebat yang menyebabkan banjir dan tanah longsor.
Sementara di daerah lain, Yagi juga menyebabkan angin kencang menyebabkan kerusakan pada infrastruktur ringan seperti pohon tumbang dan kerusakan bangunan.
